Menilik faktor penyebab daerah rentan rawan pangan yang tidak seluruhnya disebabkan dari bidang pangan, maka dalam pengendaliannya diperlukan sinergi lintas sektoral termasuk dengan akademisi. Hal tersebut diungkapkan Direktur Pengendalian Kerawanan Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Sri Nuryanti pada kunjungannya ke Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (8/5).
“Sebagaimana salah satu target RPJMN 2020-2024 yaitu menurunkan persentase daerah rentan rawan pangan, NFA secara intensif mendorong upaya kolaborasi pentahelix yang melibatkan civitas akademika untuk membantu dalam penanganan kerawanan pangan dan gizi. Salah satunya dengan menginisiasi rencana kerjasama dengan Faperta UGM.” sebut Sri Nuryanti.
Lebih jauh ia menjelaskan, NFA sebelumnya telah mempunyai MoU bersama dengan UGM, sebagai payung kerjasama antara fakultas-fakultas dengan unit eselon NFA. Dalam rangka penanganan kerawanan pangan dan gizi pada daerah rentan pangan, maka menurutnya dapat diinisiasi perjanjian kerjasama antara Faperta bersama Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi NFA.
“Pengabdian masyarakat yang dilakukan Faperta UGM dengan pemberian beras fortifikasi pada ibu hamil mulai minggu ke-18 hingga melahirkan juga termasuk dalam upaya penurunan angka prevalensi balita stunting yang merupakan salah satu indikator keberadaan daerah rentan rawan pangan.” terang Subejo, Guru Besar Pertanian UGM yang ditemui pada kesempatan yang sama.
“Diharapkan MoU yang telah ada dapat berlanjut implementasinya melalui beberapa kerjasama seperti kegiatan pemberdayaan ekonomi pangan dalam kegiatan KKN di daerah rentan pangan, advokasi masyarakat di daerah rentan pangan melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, serta Lokakarya maupun Webinar Sinergi Penurunan Daerah Rentan Pangan,” imbuh Subejo.