Kupang - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan menegaskan terus mengupayakan agar pemenuhan kebutuhan dan akses pangan yang merata di seluruh wilayah Indonesia termasuk daerah rentan rawan pangan.
Dalam upaya menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah sehingga berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di wilayah tersebut, Kementerian Pertanian mengembangkan kegiatan Pengembangan Korporasi Usaha Tani (PKU) yang dirancang komprehensif dari budidaya (onfarm) hingga pengolahan dan pemasaran (off farm).
Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi kegiatan usaha tani yang dijalankan secara terintegrasi dari hulu ke hilir dengan orientasi bisnis dapat meningkatkan mutu, skala usaha dan memberikan nilai tambah produk.
“Kegiatan PKU ini kita harapkan dapat membangun ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan serta memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin di wilayah rentan rawan pangan melalui pemberian bantuan pemerintah sebagai trigger” ungkap Agung, pada Selasa (11/8).
Salah satu pelaksana kegiatan PKU di Desa Lapeom Kecamatan Insana Barat Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT telah merasakan manfaat kegiatan tersebut.
"Program PKU ini merupakan program daerah dan milik petani yang diharapkan semakin hari semakin bertambah serta memberi manfaat semakin luas kepada masyarakat," ujar Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Andriko Noto Susanto, saat mengunjungi kelompok tani dan Gapoktan Meo Sapan di Desa Lapeom, pada Senin (10/8).
Andriko juga mengungkapkan apresiasinya kepada petani di Desa Lapoem yang sudah mampu mengembangkan usaha yang memberikan manfaat dan nilai tambah bagi petani. Hal penting yang dia tekankan adalah kegiatan ini harus berlanjut dan semakin besar skala usahanya ke depan.
"Diharapkan pemerintah daerah melalui dinas ketahanan pangan baik provinsi dan kabupaten dapat melibatkan dinas-dinas terkait, terutama dalam mempromosikan dan memasarkan produk, sehingga lebih dikenal masyarakat” ujar Andriko.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Lapeom JBK Naisako mengungkapkan bahwa program ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan taraf kehidupan dan meningkatkan pendapatan petani di wilayahnya.
“Sebelum ada kegiatan PKU, masyarakat petani di Desa Lapeom hanya menanam saja dengan skala luasannya masih kecil dan tidak melakukan pengolahan, sekarang masyarakat petani tidak hanya bertanam dan menjual segar namun mampu mengolah hasil panen menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah, seperti kacang tanah oven/gula, bubuk cabe, dan manisan tomat,” ungkapnya.
Kegiatan PKU di Desa Lapeom menurut Naisako dilaksanakan oleh 5 kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Meo Sapan dengan mengusahakan komoditas antara lain kacang tanah, cabe dan tomat.
Ketua Gapoktan Meo Sapan Andreas Metkobi menambahkan, dari hasil kegiatan PKU tersebut, dia dapat menyisihkan keuntungan untuk membuat usaha budidaya lele dengan jumlah 5.000 ekor.
“Dalam waktu 4 bulan budidaya lele sudah mendapatkan hasil panen yang menguntungkan, yaitu 150 kg dengan harga jual Rp. 50.000,-/kg” tambahnya.
Pada tahun 2019, Andreas mengakui mengolah lahan seluas 20 hektar untuk budidaya kacang tanah, 5 hektar untuk cabai dan 2,5 hektar untuk tomat.
Dalam pengembangannya, memasuki tahap pengembangan kegiatan PKU pada tahun kedua, saat ini luas lahan untuk komoditas kacang tanah telah mencapai 45 hektar, cabe seluas 12,5 hektar dan tomat seluas 7,5 hektar.