Jakarta - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus berkomitmen dalam mencegah dan mengurangi susut dan sisa pangan (SSP) di Indonesia melalui kolaborasi pentahelix, khususnya antara pemerintah dan swasta (public-private partnership).
Permasalahan Susut dan Sisa Pangan (SSP) di Indonesia telah menjadi isu yang mendesak yang memerlukan perhatian serius, karena dampak yang ditimbulkan tidak hanya terbatas pada ekonomi, tetapi juga mencakup aspek gizi serta lingkungan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Kewaspadaan Pangan NFA saat menerima audiensi dari Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan Waste and Resources Action Programme (WRAP) di Jakarta, Rabu (26/3/2025).
“SSP yang terjadi sepanjang rantai pasok pangan berkontribusi pada berkurangnya ketersediaan pangan, meningkatnya emisi gas rumah kaca, dan kerugian ekonomi yang sangat besar” ujar Nita
Nita Yulianis menyebutkan peranan sektor swasta sangat kruasial dalam Upaya mengurangi SSP. “Data penyelamatan pangan yang telah dilakukan oleh sektor swasta menjadi sangat kruisal untuk membantu mencegah serta mengurangi susut dan sisa pangan ini,” ucapnya.
“Penyelamatan pangan merupakan langkah strategis yang menghubungkan penanganan kerawanan pangan dengan memanfaatkan potensi pangan berlebih untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan” ujar Nita.
Lebih lanjut, Nita Yulianis menekankan pengelolaan SSP merupakan salah satu kegiatan prioritas RPJMN 2025-2029. "Pada RPJMN 2025-2029, pemerintah telah menetapkan target presentase pangan yang terselamatkan itu sebesar 3-5 % setiap tahunnya mulai tahun 2025 hingga 2029,” paparnya.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam kesempatan berbeda mengungkapkan, dengan masuknya upaya penyelamatan pangan berikut targetnya di dalam RPJMN 2025-2029, menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani susut dan sisa pangan. "Komitmen nasional ini mendorong kita semua untuk sama-sama membangun kolaborasi untuk menyelamatkan pangan, apresiasi untuk seluruh stakeholder yang tidak lelah terus mengupayakan hal ini." ujar Arief.
Melalui aksi Gotong Royong Atasi Susut dan Sisa Pangan (GRASP) 2030, Badan Pangan Nasional bersama Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan Waste and Resources Action Programme (WRAP) bersinergi untuk pengembangan dan pelaporan data Susut dan Sisa Pangan (SSP) di Indonesia.
Selanjutnya, modul terkait penyelamatan pangan yang telah disusun oleh Badan Pangan Nasional bersama mitra pentahelix seperti bank pangan, private sector dan retail sebagai guideline bagi multi stakeholder dalam melakukan aksi penyelamatan pangan, khususnya sektor swasta.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif IBCSD, Indah Budiani menyampaikan bahwa akan memfasilitasi semua aspirasi dari masing-masing bank pangan terkait standar yang mereka saat ini terapkan, praktik baik serta tantangan yang dihadapi masing-masing bank pangan dalam aksi penyelamatan pangan.
“Kami merencanakan pengembangan panduan penyelamatan pangan khususnya yang dapat digunakan untuk standar penumbuhan food bank sesuai hasil workshop pada 20 Maret 2025” jelas Indah.
“IBCSD juga dapat berkontribusi menyinkronkan pelaporan data penyelamatan pangan yang dilakukan oleh signatories GRASP 2030 (sektor swasta) melalui platform Stop Boros Pangan” pungkasnya.
—————————————————
*Siaran Pers*
*Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA)*
108/R-NFA/III/2025
27 Maret 2025
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
komunikasi@badanpangan.go.id
Telp : 087783220455