JAKARTA – Remaja di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada dalam periode emas pertumbuhan yang membutuhkan asupan gizi tinggi. Sayangnya, kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dan minim gizi masih menjadi tantangan untuk generasi muda saat ini. Oleh karenanya, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menggencarkan pemahaman konsep Pola makan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) untuk mendukung pengoptimalan asupan gizi generasi muda.
“Menerapkan pola makan B2SA sejak dini bukan lagi sekadar pilihan, tetapi kebutuhan untuk mendukung generasi penerus bangsa yang sehat dan berdaya saing. Sudah saatnya kita mengubah pola pikir dari sekadar makan kenyang menjadi makan bergizi.” tegas Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA Rinna Syawal, pada Webinar Nutrisi Tepat untuk Generasi Hebat yang diselenggarakan secara daring oleh Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Kemendikdasmen pada Kamis (6/3/2025).
Dalam Webinar yang juga dihadiri oleh Brand Manager NPD PT.Cimory Indonesia sebagai narasumber dan diikuti seluruh Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP), Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, serta pegawai pengajar tingkat SMP se-Indonesia, Rinna memaparkan, berdasar data yang telah dihimpun NFA tahun 2024, konsumsi sayur dan buah di Indonesia termasuk di kalangan remaja, masih rendah di bawah angka minimal 400-600 gram per hari sesuai standar WHO. Berbanding terbalik dengan tingginya tingkat konsumsi Gula, Garam dan Lemak (GGL).
Pola konsumsi yang tidak seimbang tersebut akhirnya berakibat pada meningkatnya risiko obesitas, diabetes, dan anemia pada generasi muda. Menurut data Kementerian Kesehatan di tahun 2024, sebanyak 20,74% remaja putri di Indonesia telah terkena anemia. “Generasi Z yang sekarang masih duduk di bangku SMP, kelak yang akan memimpin negara kita. Bagaimana mereka bisa menjadi anak produktif dan memberi sumbangsih bagi negara jika malnutrisi dan tidak disupport dengan asupan gizi memadai sedari sekarang.” ungkap Maulani Mega Hapsari selaku Direktur SMP Kemendikdasmen.
“Perlu juga kita sadari bahwa pola konsumsi pangan mayoritas masyarakat saat ini masih bergantung pada beras. Diversifikasi pangan diharapkan menjadi perhatian. Untuk sumber karbohidrat lokal saja, Indonesia memiliki lebih dari 77 jenis, seperti sagu, jagung, ubi, dan sukun yang kaya nutrisi. Sayur ada 228 jenis, sedangkan buah 389 jenis. Adanya keberagaman konsumsi pangan tidak hanya akan meningkatkan nilai gizi kita, tetapi juga mendukung ketahanan pangan nasional.” lanjut Rinna.
Lebih lanjut Rinna menuturkan, pola konsumsi pangan yang baik dan benar dapat menjadi kebiasaan dengan sinergi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah. Program-program yang telah dijalankan NFA seperti "B2SA Goes to School" membantu mengedukasi para pelajar tentang pentingnya pola konsumsi tersebut. Dengan pendekatan yang kreatif dan kolaborasi aktif antar lembaga, diharapkan semakin banyak generasi muda yang menerapkan pola makan B2SA demi terwujudnya individu yang lebih sehat, cerdas, aktif dan berdaya saing.
—————————————————
Siaran Pers
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA)
063/R-NFA/III/2025
6 Maret 2025
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
komunikasi@badanpangan.go.id
Telp : 087783220455