Stunting bukan hanya soal kurangnya tinggi badan, tetapi juga dampak jangka panjang pada kecerdasan dan produktivitas anak. Penerapan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) sejak dini diharapkan mampu meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak, sehingga generasi mendatang lebih berdaya saing.
“Dengan mengikuti pedoman B2SA, kita dapat memastikan asupan nutrisi anak mencakup semua zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang optimal, membantu mencegah dan memperbaiki kondisi stunting anak. Seperti yang sudah berhasil dilakukan Desa Gunungsari ini.” jelas Plh. Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Rinna Syawal saat memberikan arahan pada monitoring dan evaluasi Rumah Pangan B2SA Desa Gunungsari di Ciamis, Jawa Barat (8/11).
Terhitung hingga November 2024, kegiatan pemberian makan di Rumah Pangan B2SA Gunungsari sendiri telah terlaksana sebanyak 51 kali dan melibatkan 40 anak sebagai penerima manfaat. Hasilnya cukup menggembirakan dengan terlihatnya penurunan angka stunting di desa tersebut, yang semula berada di 24% pada awal tahun 2024 sekarang menjadi 16%.
“Per 31 September jumlah anak stunting sudah berkurang drastis yang awalnya ada 11 anak stunting dan 29 anak gizi kurang, sekarang hanya tertinggal 4 anak saja. Melihat progres ini kami berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan Rumah Pangan B2SA hingga bulan Desember 2024 dengan Dana Desa. Semoga dengan keberlanjutan program ini, kasus stunting di Desa Gunungsari akan terhapuskan.” harap Eman Sulaeman selaku Kepala Desa Gunungsari saat memberikan sambutan.
Berdasar penuturan tersebut, program Rumah Pangan B2SA telah menunjukkan dampak positif yang nyata dalam mendukung kebutuhan gizi dan pencegahan stunting di masyarakat. Menggunakan konsep "Isi Piringku" sebagai panduan pola konsumsi B2SA dalam penyusunan menu harian, menjadi langkah awal yang efektif untuk memenuhi asupan gizi keluarga.
“Setiap rumah tangga diharapkan mulai sadar akan pentingnya pola makan yang baik dan benar, sehingga keluarga terhindar dari risiko kekurangan gizi, khususnya masalah stunting. Ingat tujuan makan bukan sekadar menghilangkan rasa lapar, tetapi juga memenuhi kebutuhan semua komponen gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak sehat, dan serat. Dengan demikian, kualitas konsumsi pangan masyarakat pun akan meningkat.” pungkas Rinna.
Turut hadir pada monitoring dan evaluasi, Pj. Ketua TP PKK Kab. Ciamis, Kepala Bidang Konsumsi Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Ciamis, Kepala Bidang Konsumsi Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Prov. Jawa Barat, Pokja 3 TP PKK Kab. Ciamis.