Susut dan Sisa Pangan (SSP) merupakan tantangan global seiring dengan peningkatan indeks food waste menjadi 19% berdasarkan rilis data terbaru UNEP tahun 2024. Pemerintah dalam hal ini Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus mengedukasi pemanfaatan SSP sebagai bagian dari sirkular ekonomi di bidang pangan untuk mendorong prioritas nasional ekonomi hijau.
“Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan merupakan tantangan sekaligus peluang dalam menghasilkan potensi ekonomi. Pemerintah daerah perlu memetakan peran semua pihak untuk aksi konvergensi dalam mengurangi SSP dan mendorong inovasi sirkular ekonomi, jelas Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Nita Yulianis sebagai narasumber FGD Strategi Pengelolaan Food Loss and Waste sebagai Upaya Mewujudkan Green Economy di Kota Depok, Kamis (07/11/2024).
Lebih lanjut, Nita mengungkapkan Kota Depok merepresentasikan potensi sinergi positif dalam upaya pencegahan, pengurangan, penyelamatan dan pemanfaatan SSP untuk mewujudkan ekonomi hijau. “Kota Depok ini banyak industri perhotelan, rumah makan, kafe, pasar tradisional, didukung juga dengan perguruan tinggi, dan diperkuat dengan pemerintah kota yang berkomitmen. Sehingga dengan bersama-sama bergandengan tangan, upaya mencapai green economy akan mudah ke depannya," terangnya.
Pada FGD yang berlangsung di Aula Kantor Bappeda Kota Depok ini, Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Kota Depok Tri Redjeki Handayani menjelaskan bahwa pengelolaan SSP untuk mewujudkan Green Economy telah dimuat dalam arah pembangunan Depok Emas (DE) 2045 poin 16 yaitu Ketahanan Energi, Air, dan Pangan pada RPJPD Kota Depok 2025 - 2045 dan RPJMD 2025-2029.
Salah satu perhatian serius dari Pemkot Depok yaitu masalah penumpukan sampah makanan di TPA Cipayung mencapai 553 ton/hari.
FGD ini ditutup dengan perjanjian kerja sama antara PHRI dan Pengelola Pasar Kota Depok dengan PT Biomagg Sinergi International dalam mengatasi timbulan sampah makanan dan sampah organik lainnya.