BADAN PANGAN NASIONAL
Komisi IV DPR RI Apresiasi Badan Pangan Nasional Petakan Sentra Produksi dan Neraca Komoditas Pangan Strategis

Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI Alien Mus mengapresiasi pemetaan sentra produksi dan neraca pangan strategis yang dilakukan Badan Pangan Nasional. Hal tersebut disampaikannya dalam Raker Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian, pada Selasa (13/06/2023) di Jakarta. Menurutnya, dengan pemetaan sentra komoditas pangan ini penting bagi setiap daerah sehingga mampu mengoptimalkan komoditas andalan di masing-masing daerah. 


"Saya mengapresiasi Kepala Badan Pangan Nasional apa yang kita minta untuk mapping komoditi andalan per provinsi ini penting dan bisa kita kolaborasikan dengan Kementerian Pertanian." ujar Alien. 


Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pemetaan sentra produksi  dan neraca komoditas untuk pangan pokok strategis diperlukan untuk memahami potensi daerah dan melakukan pemerataan pasokan pangan. 


"Jadi kita sudah siapkan peta sentra produksi untuk beberapa produk pangan strategis beserta neracanya sehingga kita bisa mendapatkan gambaran komprehensif mengenai potensi produk pangan di wilayah tertentu. Yang mana yang surplus dan yang defisit." ujar Arief. 


Adanya perbedaan tingkat produksi di masing-masing daerah menjadi tantangan tersendiri. Terlebih di tengah ancaman penurunan produksi akibat dampak perubahan iklim dan Elnino. Karena itu, dengan adanya pemetaan ini, pemerintah dapat mengambil berbagai langkah dan kebijakan untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas pangan serta keterjangkauan pangan sehingga merata ke seluruh wilayah. 


"Untuk komoditas beras, kita akan bersama dengan Kementerian Pertanian dan Perum Bulog berapa yang akan kita serap untuk di daerah-daerah surplus sesuai peta ini, sehingga kita dapat memastikan produk dalam negeri dapat dioptimalkan untuk penguatan stok pangan nasional." ujar Arief. 


Selain itu, Arief menambahkan, pihaknya telah melakukan fasilitasi distribusi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit yang bertujuan untuk pemerataan pasokan pangan sehingga di wilayah-wilayah defisit mendapat pasokan pangan untuk mencegah lonjakan inflasi dan menstabikan harga. Hal ini dilakukan selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk menjamin ketercukupan pangan hingga ke seluruh wilayah dengan menjaga kewajaran pada tiga aspek, yaitu di produsen, pedagang, dan konsumen. 


Adapun berdasarkan pemetaan tersebut, untuk beras, total produksi nasional sebagian besar disumbang oleh 10 produsen beras terbesar nasional di antaranya Jatim, Jabar, Jateng, Sulsel, Sumsel, Lampung, Sumut, Banten dan Aceh. Sementara Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan surplus beras terbanyak dan DKI Jakarta menjadi provinsi paling defisit beras.

 

Untuk telur ayam, total produksi nasional sebagian besar disumbang oleh 10 peternak telur ayam terbesar nasional di antaranya Jatim, Jateng, Jabar, Sumut, Sumbar, Banten, Sumsel, Lampung, Sulsel dan Bali. Sumsel, Lampung, Sumut, Banten dan Aceh. Sementara Jatim menjadi provinsi dengan surplus telur ayam tertinggi dan DKI Jakarta menjadi provinsi paling defisit telur ayam. Untuk daging ayam, total produksi nasional sebagian besar disumbang oleh 10 peternak ayam terbesar nasional di antaranya Jateng, Jabar, Jatim, Sumut, Banten, Sumut, Kalsel, Sulsel, Sumsel, Lampung, dan Riau. Sementara Jateng menjadi provinsi dengan surplus daging ayam tertinggi dan DKI Jakarta menjadi provinsi paling defisit daging ayam. 


Sementara untuk kedelai, total produksi nasional sebagian besar disumbang oleh 3 produsen kedelai terbesar yaitu Provinsi Jatim, Jateng, dan Jabar. Sultra menjadi provinsi dengan surplus kedelai terbanyak dan Jabar menjadi provinsi paling defisit kedelai. Sedangkan untuk bawang putih, total produksi nasionalnya sebagian besar disumbang oleh 10 produsen bawang putih terbesar nasional di antaranya Jateng, NTB, Jatim, Sumbar, Bali, NTT, Sumsel, Jabar dan Bengkulu. Namun seluruh wilayah di Indonesia tercatat mengalami defisit bawang putih. 


Adapun berdasarkan prognosa neraca pangan, kedelai dan bawang putih masih membutuhkan pasokan pengadaan dari luar mengingat produksi dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan. Produksi kedelai tahun 2022 sebesar 301.518 ton dan kebutuhan nasional mencapai 2.829.439 ton, sehingga mengalami defisit sebesar 2.527.921 ton. Sedangkan untuk bawang putih produksi di tahun 2022 mencapai 30.582 ton dan kebutuhan 648.580 ton sehingga terdapat defisit mencapai 617.998 ton.  


Arief  memperkirakan pasokan bawang putih kemungkinan akan segara masuk seiring dengan terjadinya penurunan harga komoditas ini di Tiongkok dari US$1.300 menjadi US$800 per ton. Adanya pasokan ini akan menambah kecukupan stok di dalam negeri dan ditengarai akan berdampak pada penurunan harga bawang putih di dalam negeri dalam satu hingga dua bulan mendatang. 


Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional per 12 Juni 2023, rata-rata harga bawang putih di tingkat konsumen mengalami kenaikan sebesar 1,32% dari Rp.37.095 per kg pada minggu sebelumnya menjadi Rp. 37.584 per kg.  


*Siaran Pers*

*Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA)*

121/R-NFA/VI/2023

13 Juni 2023

*Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:*

komunikasi@badanpangan.go.id

Telp : 087783220455

BADAN PANGAN NASIONAL  
Sejak 25/01/2023
Kantor
Jalan Harsono RM No.3, Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12550
(021) 7807377
nfa_official@badanpangan.go.id
Media Sosial
Tautan Terkait
Kementerian Pertanian
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Perdagangan
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Badan Pusat Statistik
Badan Informasi Geospasial
Perum BULOG
ID FOOD
Copyright © 2024 Badan Pangan Nasional. All Rights Reserved.