Mengantisipasi defisit produksi beras dan jagung pada bulan Januari dan Februari 2024, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) siapkan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan serta pengendalian inflasi.
Plt Sekretaris Utama NFA Sarwo Edhy dalam Rakor Pengendalian Inflasi Daerah Kemendagri di Jakarta (3/1/2024) mengatakan jajarannya menyiapkan strategi khusus untuk menjaga ketersediaan stok dan pemerataan distribusi pangan di seluruh wilayah Indonesia.
"Sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi, penyaluran bantuan pangan dan upaya intervensi lainnya perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan, khususnya di awal tahun 2024 mengingat rendahnya produksi pada periode tersebut," ungkap Sarwo.
Untuk itu, telah dilakukan upaya percepatan pengadaan luar negeri yang mencakup komoditas beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, dan bawang putih. Sementara untuk menjaga stabilitas harga pangan, aksi Gerakan Pangan Murah (GPM) dan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) akan terus dilanjutkan sepanjang tahun 2024.
Adapun untuk menjaga menjangkau masyarakat kecil, NFA bersama Perum Bulog dan ID FOOD masih akan menyalurkan bantuan pangan beras kepada 22 juta KPM berdasarkan data Penasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrim (P3KE) Kemenko PMK serta daging ayam ras dan telur ayam ras kepada 1,4 juta KRS berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sepanjang bulan Januari hingga Juni 2024.
Sebagaimana diketahui pada sepanjang tahun 2023 surplus produksi beras hanya mencapai 0,27 juta ton. Sementara pada awal tahun 2024 diperkirakan terjadi defisit produksi beras Januari sebesar 1,61 juta ton dan Februari sebesar 1,22 juta ton. Sedangkan SPHP Jagung kepada para peternak mikro, kecil, dan mandiri akan terus didorong untuk menjaga stabilitas harga ayam dan telur.
Di kesempatan berbeda, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi berharap upaya bersama ini dapat memberikan dampak yang seluas-luasnya bagi penguatan ketahanan pangan nasional. “Adanya bantuan pangan beras ini juga turut andil sebagai salah satu upaya penurunan daerah rentan rawan pangan di 2023. Tentunya beriringan dengan upaya lainnya yang dilakukan pemerintah, sehingga secara sinergis dapat membuahkan hasil yang positif dan berprogres baik,” ujar Arief (2/1/2024).