JAKARTA — Menyongsong Indonesia Emas 2045 bukan hanya soal lompatan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, namun sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat, aktif, dan produktif. Dalam upaya tersebut, pola konsumsi pangan sejak usia dini menjadi salah satu fondasi penting. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa edukasi pola konsumsi pangan ideal harus menjadi gerakan nasional yang melibatkan semua elemen bangsa.
“Membangun Indonesia Emas dimulai dari piring makan anak-anak kita hari ini. Konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) bukan hanya soal isi perut, tetapi merupakan investasi jangka panjang untuk mencetak generasi unggul dan tangguh,” ujar Arief dalam keterangannya pada Jumat (16/5/2025).
Sebagai bentuk konkret dari komitmen tersebut, NFA menggulirkan program B2SA Goes to School (BGtS), yang bertujuan mengarusutamakan edukasi gizi kepada generasi muda, khususnya di lingkungan pendidikan. Salah satu implementasinya digelar bersama 1.000 santri dan santriwati Pondok Pesantren Al Amien, Kota Kediri, pada Rabu (15/5/2025).
Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA, Andriko Noto Susanto, menyampaikan bahwa lingkungan pesantren dan sekolah merupakan tempat strategis untuk memulai perubahan sosial, termasuk dalam membentuk kebiasaan makan yang sehat.
“Melalui pendekatan edukatif dan nilai-nilai kebaikan yang ada dalam agama, para santri diajak memahami bahwa makan bukan sekadar kenyang, tapi erat kaitannya dengan kesehatan fisik, mental, dan intelektual,” jelas Andriko.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Al Amien, KH. Muhamad Anwar Iskandar, turut menyampaikan dukungannya terhadap kampanye pola makan sehat.
“Konsep B2SA ini sangat sejalan dengan prinsip Islam, yaitu makanan yang halalan thayyiban — tidak hanya halal tapi juga baik bagi tubuh. Ini adalah bagian dari ikhtiar kita menjaga amanah kesehatan dari Tuhan,” ungkapnya.
Selain membentuk pola makan seimbang, program ini juga mengajak para santri untuk mencintai dan mengapresiasi keberagaman pangan lokal Indonesia. Andriko menegaskan bahwa pangan lokal yang kaya akan nilai gizi sebenarnya mampu memberikan manfaat lebih dibandingkan pola makan yang monoton dan bergantung pada satu jenis pangan saja.
“Makan sehat itu tidak harus mahal. Prinsip Isi Piringku B2SA bisa diterapkan setiap hari dengan mengoptimalkan bahan pangan lokal: sepertiga piring makanan pokok, sepertiga sayur, seperenam lauk, dan seperenam buah. Sederhana tapi berdampak besar,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan program B2SA tidak bisa berdiri sendiri. Butuh kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan peran aktif keluarga.
“Tanpa dukungan lingkungan yang kondusif, edukasi gizi hanya akan menjadi slogan. Kita harus menjadikan pola makan sehat sebagai gaya hidup baru generasi muda,” tutup Andriko.
—————————————
*Siaran Pers*
*Badan Pangan Nasional / National Food Agency (NFA)*
175/R-NFA/V/2025
17 Mei 2025
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Email: komunikasi@badanpangan.go.id
Telepon: 0877-8322-0455