LAMPUNG – Dalam upaya mendorong kemandirian pangan dan meningkatkan nilai tambah komoditas lokal, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus memperkuat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui fasilitasi bantuan alat pengolahan pangan. Kali ini, NFA melakukan peninjauan lapangan terhadap realisasi Program Usaha Pengembangan Pangan Lokal (PUPPL) tahun 2024 di dua lokasi UMKM di Provinsi Lampung, yaitu UMKM Berkah Jamur di Kabupaten Lampung Timur dan Griya Tiwul BUEKA di Lampung Tengah pada 25–27 Mei 2025.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal, menyampaikan bahwa bantuan alat pengolahan ini merupakan salah satu strategi konkret dalam membangun kemandirian pangan berbasis potensi lokal. Ini menjadi bentuk implementasi dari Perpres 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal.
“Bantuan alat pengolahan ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga memacu inovasi dan keberagaman produk pangan lokal. Ini sejalan dengan visi Perpres 81 Tahun 2024 untuk menjadikan pangan lokal sebagai pilihan utama masyarakat,” jelas Rinna.
Bantuan yang diberikan berupa peralatan modern seperti oven, vacuum frying, mixer, vacuum sealer, freezer, deep fryer, hingga genset, yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing UMKM. Program ini bertujuan meningkatkan efisiensi proses produksi, mendorong diversifikasi produk pangan lokal, serta memperluas pasar dan meningkatkan daya saing UMKM di sektor pangan.
UMKM Berkah Jamur yang awalnya hanya mengolah jamur, nanas, dan pare, kini berhasil mengembangkan produk olahan dari komoditas tambahan seperti nangka, pisang, dan ubi kayu. Sejak menerima bantuan alat produksi, kapasitas produksi meningkat tajam hingga 500%. Awalnya hanya mampu mengolah 600 kwintal nanas per bulan, kini mampu hingga 3 ton nanas per bulan.
Sementara itu, Griya Tiwul BUEKA mengolah bahan baku ubi kayu menjadi berbagai produk pangan lokal seperti tepung mocaf, tiwul instan, snack tiwul, jipang panggang, hingga mie mocaf dan dodol. Setelah menerima bantuan alat, produksi tiwul yang sebelumnya memakan waktu 30–40 hari untuk 3 ton ubi kayu, kini hanya memerlukan 20–25 hari.
Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA, Andriko Noto Susanto, menekankan pentingnya kolaborasi dengan pelaku UMKM dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.
“UMKM pangan lokal adalah ujung tombak kedaulatan pangan. Ketika mereka naik kelas, maka sistem pangan kita menjadi lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan. NFA akan terus mendorong program-program strategis yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” tutur Andriko.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa penguatan UMKM pangan lokal adalah bagian dari strategi besar pemerintah dalam menciptakan sistem pangan nasional yang kokoh, berbasis keragaman dan kearifan lokal.
“Pangan lokal adalah identitas dan kekuatan kita. Ketika UMKM diberdayakan melalui teknologi, pendampingan, dan akses pasar, maka kita tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tapi juga membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan, dan menciptakan rantai pasok yang lebih adil dan berkelanjutan,” ujar Arief.
Lebih lanjut, Arief menjelaskan bahwa program PUPPL menjadi wujud nyata keberpihakan negara terhadap pelaku usaha pangan lokal, dengan pendekatan berbasis potensi daerah.
"Melalui program ini, kami (NFA) berharap dapat terus menumbuhkan minat masyarakat terhadap konsumsi pangan lokal, sekaligus menciptakan dampak ekonomi yang nyata bagi pelaku UMKM dan petani di sekitarnya," pungkas Arief.
———
*Siaran Pers*
*Badan Pangan Nasional / National Food Agency (NFA)*
197/R-NFA/V/2025
30 Mei 2025
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Email: komunikasi@badanpangan.go.id
Telepon: 0877-8322-0455