Siaran Pers
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA)
388/R-NFA/X/2025
2 Oktober 2025
JAKARTA – Komoditas beras menjadi salah satu komponen yang memiliki andil dalam menjaga inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi September 2025 berada di level 2,65 persen secara tahunan. Inflasi umum ini naik dari Agustus yang berada di 2,31 persen.
Meski demikian, BPS menyebut beras mulai mengalami penurunan harga dan terjadi deflasi secara bulanan di angka 0,13 persen. Ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam meredam laju inflasi secara nasional.
"Penurunan harga beras dipengaruhi masa panen gadu di beberapa wilayah, sehingga pasokan gabah meningkat di beberapa wilayah. Di sisi lain, penggunaan stok gabah di penggilingan cukup banyak dari sebelumnya, sehingga penggilingan menggunakan stok gabah yang ada," terang Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah pada Rabu (1/10/2025).
"Dan juga terjadi penyesuaian harga beras sebagai imbas penyaluran beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Tiga faktor ini diperkirakan menjadikan penyebab penurunan harga beras baik di penggilingan, grosir maupun eceran, sehingga terjadi penurunan," sambung dia.
Dalam rilis BPS mengungkapkan secara historis dalam empat tahun terakhir (2021-2024), secara umum beras di setiap bulan September mengalami inflasi. Namun di September 2025, beras mengalami deflasi dan memberikan andil sebesar 0,01 persen.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, intervensi stabilisasi perberasan yang dilakukan oleh Perum Bulog berdasarkan penugasan dari Badan Pangan Nasional, memberi andil terhadap situasi perberasan tersebut.
Kondisi ini menunjukkan kehadiran pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat pada saat komoditas pangan hortikultura seperti cabai dan bawang mendorong kenaikan inflasi, beras justru mengalami deflasi.
“Penyaluran beras SPHP di pasar tradisional dan ritel modern serta ke berbagai saluran distribusi lainnya itu tentunya berdampak pada kondisi perberasan di mana pasokan menjadi terjaga dan stok beras ke pasaran ini terus kita dorong. Apalagi juga ditambah dengan gelontoran bantuan pangan beras selama dua bulan yang menyasar langsung ke 18,2 juta masyarakat berpendapatan rendah,” ujar Arief dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025) di Jakarta.
Berdasarkan Panel Harga NFA per 1 Oktober 2025, rata-rata harga beras premium secara nasional di tingkat konsumen mengalami penurunan dibanding minggu lalu sebesar 0,08 persen, dari Rp 16.011 per kilogram (kg) menjadi Rp 15.982 per kg. Sementara untuk beras medium turun sebesar 0,15 persen dari Rp 13.887 per kg menjadi Rp 13.856 per kg.
Adapun realisasi penjualan beras SPHP telah mencapai 424.520 ton atau sekitar 28,17 persen dari total target 1,5 juta ton di tahun 2025. Sementara realisasi penyaluran bantuan pangan beras untuk periode Juni-Juli 2025 telah mencapai 363.959 ton atau 99,57 persen dari target sebesar 365.541 ton.
Untuk semakin menguatkan pengendalian inflasi dan menjaga daya beli masyarakat, pemerintah pun telah memutuskan penyaluran bantuan pangan diperpanjang selama dua bulan lagi yaitu di Oktober dan November 2025 sebagai bagian dari stimulus ekonomi yang diarahkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Bantuan tersebut berupa beras 10 kilogram (kg) per bulan selama dua bulan ditambah 2 liter minyak goreng merek ‘Minyakita’ per bulan. Ini masih menyasar kepada 18,277 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Sementara itu, untuk komoditas jagung, Badan Pangan Nasional telah menugaskan Perum Bulog untuk menyalurkan jagung SPHP dengan target sebesar 52.400 ton kepada 2.109 peternak di 16 provinsi. SPHP jagung ini difokuskan kepada peternak mikro, kecil, dan menengah dengan harga yang telah ditetapkan, yaitu Rp 5.000 per kg di gudang Bulog dan maksimal Rp 5.500 per kg di tingkat peternak.
Arief mengatakan, dengan adanya SPHP jagung, pemerintah dapat memastikan ketersediaan jagung bagi peternak layer dengan harga yang lebih terjangkau dan memastikan pula kestabilan harga pangan pokok lainnya, terutama telur dan daging ayam.
“Intervensi di komoditas jagung sangat penting untuk menjaga rantai pasok pangan secara lebih luas, karena stabilitas harga jagung akan ikut menentukan keterjangkauan harga daging dan telur bagi masyarakat,” pungkas Arief.
———————————————
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Email: komunikasi@badanpangan.go.id
Telepon: 0877-8322-0455