Banyuwangi - Percepatan serapan gabah petani terus diupayakan Pemerintah untuk menjaga harga ditingkat produsen tidak jatuh sehinga petani dapat menikmati hasil panennya. Menteri Pertanian pada awal Maret sudah bersurat kepada seluruh Gubernur dan Bupati atau Walikota seluruh Indonesia untuk bersama-sama stakeholder terkait untuk mengamankan stabilitas pasokan dan harga gabah saat panen raya yang diperkirakan terjadi pada bulan Maret-April 2021.
Hal ini juga dimaksudkan untuk memastikan ketersediaan pangan aman dan terkendali, khususnya dalam menghadapi perayaan Hari Besar Keagamaan dan Nasionala (HBKN) Puasa dan Idul Fithri pada bulan April-Mei. Untuk itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong seluruh jajarannya untuk melakukan kerja sama dengan stakeholder terkait, termasuk BUMN Pangan seperti PT Pertani dalam rangka penyerapan gabah petaKepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi mengatakan, kerja sama Kementerian Pertanian dengan PT Pertani sebagai bentuk keseriusan Pemerintah dalam menyikapi dinamika harga gabah petani yang akhir-akhir ini ramai dikeluhkan petani karena mayoritas harga jatuh, bahkan dibawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) ditetapkan melalui Permendag 24/2020, yaitu sebesar Rp 4.200/kg untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani.
"Ini adalah suatu bentuk kepedulian dan kehadiran Pemerintah merespon jatuhnya harga gabah di tingkat petani. Kementerian Pertanian dalam hal ini bekerja sama dengan PT. Pertani melakukan penyerapan gabah produksi petani kita, dan tentunya diatas HPP sehinga petani dapat menikmati keuntungan yang wajar" ujar Agung saat meninjau Unit Penggilingan Padi (UPP) PT. Pertani di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (23/03/2021)
PT. Pertani sebagai bagian holding BUMN Pangan juga bergerak dibidang perberasan. Dengan potensi sarana dan prasarana yang dimiliki seperti dryer dan Rice Milling Unit (RMU) yang tersebar secara Nasional, Agung sangat optimis untuk menargetkan PT. Pertani mampu menyerap gabah petani saat panen raya sekitar 300 ribu ton GKP.
"Dengan kapasitas dryer rata-rata 30 ton/hari dan kapasita RMU 2-3 ton/jam, serta peluang pasar beras yang masih terbuka lebar khususnya antar pulau ke wilayah timur Indonesia, saya yakin PT. Pertani bisa menyerap gabah petani hingga 300 ribu ton," tegas Agung.
Dalam kesempatan yang sama, Dirut PT. Pertani Maryono mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mendukung dan mengoptimalkan kegiatan serapan gabah petani.
"Sebagai BUMN di bidang pangan, kami ingin hadir di tengah masyarakat, khususnya petani yang intinya tidak boleh dirugikan. Ketika panen raya kita juga mengambil gabah dengan harga komersial. Petani jangan sampai merugi, kita siap untuk offtake menyerap gabah petani," ujar Maryono.
Khusus di Banyuwangi, PT. Pertani memiliki 2 lokasi Unit Pengolah Padi (UPP) yang berlokasi di Desa Kalistel Kecamatan Sempul dan di Desa Blambangan Kecamatan Muncar. UPP Banyuwangi memiliki 6 unit dryer berkapasitas 30 ton per hari, dan RMU sebanyak 3 unit dengan kapasitas 3 ton/jam.
Dryer dan RMU tersebut tidak hanya digunakan untuk penggilingan padi Pertani saja, namun terbuka juga jasa untuk masyarakat/petani/Gapoktan yang ingin memproses gabahnya menjadi beras.
"Kita mempunyai 16 UPP seperti ini di seluruh Indonesia, misalnya Jabar di Kabupaten Karawang dan Indramayu, Sulawesi Selatan di Kabupaten Sidrap, Pinrang, Bulukumba, dan Bone, Lampung di Kabupaten Lampung Timur, Aceh di Kabupaten Pidie, serta Jateng di Kabupaten Kendal dan Karanganyar. Kita akan mencoba menyerap gabah petani semaksimal mungkin sesuai kemampuan kita," terangnya.
Pada kegiatan serapan gabah petani kali ini, PT Pertani UPP Banyuwangi menyerap gabah sebagian besar dari wilayah Kabupaten Bondowoso dan kabupaten lainnya dengan harga Rp 4.250-4.300/kg, di atas ketentuan HPP Rp 4.200/kg. Beras yang dihasilkan berupa beras premium yang selama ini dipasok ke ritel, horeka, BPNT, dan lainnya, serta pengiriman antar pulau seperti Bali, NTT, NTB dan Kalimantan.
Dalam kesempatan tersebut, Agung juga menyaksikan penandatanganan kerja sama antara PT. Pertani dengan Bank BNI mengenai corporate farming. PT. Pertani mendorong pembangunan model budidaya pangan yang efektif dan efisien melalui korporasi pertanian, sedangkan pihak BNI mendukung melalui fasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang saat ini sudah dirasakan manfaatnya oleh petani karena bunganya sangat ringan hanya 6% per tahun.
"BNI siap membantu petani dalam pembiayaan KUR. Sebagai Mitra PT. Pertani, kami siap karena ini merupakan program pemerintah, bahkan sudah tersedia anggarannya. KUR ini untuk membantu petani karena bunganya sangat murah," terang Indra Purnama pimpinan BNI Cabang Banyuwangi.
Agung menilai kerjasama ini perlu dikembangkan ke seluruh wilayah karena PT. Pertani akan menjadi offtaker dari petani yang memproduksi gabah, terlebih yang dibiayai oleh BNI. Petani memproduksi gabah, dia mengambil kredit perbankan di BNI melalui KUR. Jika terjadi gagal panen maka ada Jasindo sebagai program pemerintah dengan asuransi usaha tanaman pangan (AUTP).
"Jadi kalua semua pihak sudah bersinergi, petani sudah terjamin karena kalua mau memproduksi sudah diberi modal oleh KUR BNI, kemudian produksinya dijamin oleh asuransi Jasindo, dan hasilnya nanti diambil dan dibeli oleh PT. Pertani. Ini merupakan salah satu upaya kita sebagai bagian Pemerintah untuk mensejahterakan petani," pungkasnya.
*Rilis Kementan, 22 Maret 2021*
Nomor : 288/R-KEMENTAN/3/2021