Pemerintah optimis sangat siap dalam menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri di tahun ini, utamanya dalam penyediaan pangan pokok bagi masyarakat. Ketersediaan pangan pokok yang stabil dan secured di tiap jengkal wilayah NKRI telah menjadi bahasan utama dalam Rakornas HBKN yang dihelat Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama seluruh stakeholder pangan seluruh Indonesia.
“Jadi tadi pagi sudah dilaksanakan rapat koordinasi nasional HBKN menghadapi Ramadan dan Lebaran 2024. Itu memastikan bahwa seluruh pihak siap untuk menjaga ketersediaan pangan di seluruh wilayah. Jadi tadi Bapak Mendagri bersama Bapak Kepala NFA memimpin rapat bersama semua kementerian lembaga dan gubernur bupati walikota serta para pelaku usaha dan asosiasi pangan,” kata Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan NFA Rachmi Widiriani saat menjadi pensyarah bersama Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim dan Profesor Ahmad Muslim dalam dialog ‘Forum Merdeka Barat 9 (FMB9)’ di Jakarta, Senin (4/3/2024).
“Jadi semua dipastikan kesiapannya untuk mendukung dalam rangka ketersediaan pangan menjelang HBKN. Nah salah satu yang diputuskan di rakornas adalah menggiatkan seluruh provinsi dan kabupaten/kota untuk melaksanakan GPM (Gerakan Pangan Murah). Jadi masyarakat bisa membeli bahan pangan denga harganya tentu dikontrol oleh pemerintah dan pasti lebih terjangkau. Ini untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan bahan pangan khususnya menjelang dan saat HBKN,” urainya.
“Kemudian jangan lupa pemerintah juga punya bantuan pangan beras 10 kilogram (kg) per keluarga untuk total 22.004.077 keluarga, khususnya masyarakat yang di kelompok bawah ini dapat terpenuhi kebutuhan berasnya. Minimal ia bisa tidak beli beras selama 2 sampai 3 minggu. Lalu nanti sebentar lagi juga akan rilis untuk bantuan keluarga yang berisiko stunting berupa ayam 1 kg dan telur 10 butir. Ini akan diberikan ke 1,4 juta keluarga risiko stunting. Ini pun diharapkan bisa semakin membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya,” sambungnya.
Direktur NFA Rachmi Widiriani turut memberikan tanggapan terkait salah satu pemberitaan yang mengatakan kenaikan harga beras justru memukul petani sebagai produsen. Rachmi menjelaskan, “Seharusnya kalau dengan bukti bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) saat ini di 120, ini sepanjang sejarah NTP untuk petani tanaman pangan paling tinggi. Jadi memang bahagia petani karena harganya tinggi,” jawabnya.
“Itu mungkin kekhawatiran kalau nanti masuk musim panen, naik lagi panen, akan terjadi harga turun yang menyebabkan kerugian bagi petani. Terkait ini memang sudah diingatkan oleh Bapak Kepala NFA ke Perum Bulog bahwa tugasnya untuk membeli produksi petani agar tidak terjadi kerugian terhadap petani. Ini untuk menjaga agar harga di tingkat petani tetap baik dan kemudian yang di konsumen juga terjangkau. Kita pun tahu seperti yang sudah disebutkan oleh Profesor Ahmad Muslim bahwa sebagian petani adalah net consumer juga,” tandas Rachmi.
“Kami di NFA untuk para produsen, sudah meletakkan 30 alat sistem rantai pasok dingin. Alat-alat besar ini untuk menyelamatkan produk petani seperti bawang merah, cabai, produk daging dan ikan. Itu supaya produk petani dapat dibekukan secara cepat kemudian disimpan, jadi masih bisa diselamatkan, tidak busuk. Memang jumlahnya belum banyak dan ini akan kita tambah terus, tahun ini kita tambah 13 alat lagi. Ini untuk menjaga agar bahan pangan yang sudah diproduksi oleh petani itu tidak sia-sia,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, dalam mendukung penguatan ketersediaan dan stabilisasi pangan wilayah sentra produsen, sebanyak 30 unit sarana dan prasarana (sarpras) rantai dingin (cold chain) berupa cold storage, reefer container, air blast freezer, dan heat pump dryer telah ditempatkan pada 12 provinsi. Di tahun ini, NFA menargetkan tambahan sarpras cold chain sebanyak 13 unit.