Stabilitas kondisi pangan pokok strategis yang merata di seluruh penjuru Indonesia, dapat dipastikan melalui peninjauan berkala. Peninjauan dalam bentuk turun langsung ke berbagai jenis tempat beredarnya bahan pokok dan penting, jadi salah satu rutinitas Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA).
Bali yang sering jadi tempat perhelatan ajang-ajang berskala internasional, ketersediaan pasokan pangan pokok harus senantiasa aman dan memadai terhadap kebutuhan konsumsi yang ada. Untuk itu, Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa bergerak menengok langsung kondisi pangan riil di sana.
"Kita tahu di Bali sekarang ini sedang ada Indonesia-Africa Forum beserta rangkaian kegiatannya, sehingga kita ingin pastikan pangan pokok strategis yang ada di pasar-pasar Bali, stoknya cukup dan tidak terjadi kekurangan," ujar Deputi Ketut saat visitasi ke Pasar Kuta dan retail modern di Denpasar, Bali, pada Senin (2/9/2024).
"Bersama Bapak Kepala Dinas Pangan Provinsi Bali, kami melihat kondisi pangan di Bali. Secara umum stok dan pasokan, relatif mencukupi. Untuk harga memang bervariasi, namun masih dalam koridor normal. Misalnya beras premium paling rendah sekitar 15 ribu per kilo. Dengan ini sesuai arahan Bapak Kepala Badan Pangan Nasional, berbagai program intervensi mesti pemerintah terus implementasikan," sambungnya.
Adapun fluktuasi kondisi pangan sangat berpengaruh pada tingkat inflasi nasional, sehingga pemerintah telah melakukan banyak aksi secara kolaboratif dalam upaya pengendalian inflasi.Tentunya pemerintah, termasuk NFA, ingin menjaga dinamika inflasi pangan agar terus berada sesuai dengan haluan yang telah ditetapkan, yakni 2,5 persen plus minus 1.
Dalam historis data Badan Pusat Statistik (BPS), khusus inflasi komponen bergejolak atau volatile food pernah sempat melambung tinggi sekitar 10 tahun lalu atau di tahun 2014 di angka 10,88 persen (year to date). Sejak awal kepemimpinan Presiden Joko Widodo tersebut hingga hari ini, perkembangan inflasi menjadi sorotan rutin dan intensitas pembahasannya diperkuat.
Terbaru, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi nasional di Agustus 2024 secara bulanan kembali mengalami deflasi 0,03 persen. Namun ini masih lebih rendah dibandingkan deflasi di Juli 2024 yang 0,18 persen. Sementara secara tahunan, inflasi Agustus 2024 dilaporkan 2,12 persen dan ini juga lebih rendah dari Juli 2024 yang 2,13 persen.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi secara terpisah menuturkan melalui penggalangan kolaborasi dalam penerapan berbagai strategi intervensi pengendalian kondisi pangan adalah kunci menjaga ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan sendiri merupakan salah satu yang menjadi atensi besar Presiden Joko Widodo.
“Pemerintah concern dalam menjaga naik turunnya inflasi. Bapak Presiden Joko Widodo sangat menekankan urgensi pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang tidak bisa ditunda, sehingga negara harus hadir mewujudkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi segenap masyarakat Indonesia," urai Arief.
Dikaitkan dengan kondisi inflasi pangan yang terbentuk selama ini, sesuai rilis BPS pada Agustus 2024, inflasi pangan secara tahunan ada di 3,04 persen dan ini dapat dikatakan telah sesuai dengan target inflasi pemerintah. Untuk diketahui, inflasi pangan pernah berada di titik kulminasi selama 1,5 tahun terakhir yakni pada Maret 2024 yang 10,33 persen.
Sekilas beberapa strategi intervensi yang selama ini dilaksanakan NFA bersama stakeholder pangan antara lain 6.905 kali Gerakan Pangan Murah (GPM) di kabupaten/kota sejak awal 2024 sampai September ini. Lalu ada bantuan pangan beras 10 kilogram kepada 22 juta keluarga di semua provinsi. Komoditas beras juga diintervensi melalui penggelontoran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Perum Bulog yang telah capai realisasi salur 1,041 juta ton.
