NEW DELHI -Sebagai kelompok pangan serealia, millet memiliki potensi yang besar sebagai pangan sumber karbohidrat. Pengembangan millet tersebut tidak terlepas dari upaya penganekaragaman pangan yang saat ini tengah digencarkan pemerintah di tengah ancaman krisis pangan.
"Pada kondisi dunia dihadapkan dengan masalah ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim, tensi geopolitik, dan krisis finansial yang berpengaruh terhadap pembatasan perdagangan pangan, millet dapat menjadi salah satu solusi untuk penyediaan sumber pangan." ujar Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) saat menyampaikan paparan dalam diskusi panel ASEAN - Indian Millet Festival yang digelar di New Delhi, India pada tanggal 14-15 Desember 2023.
"Millet ini banyak tumbuh di beberapa wilayah di Indonesia, dan tentunya jika ini dikelola secara baik dapat menjadi alternatif pangan fungsional yang mendukung ketahanan pangan baik secara nasional maupun dalam skala regional ASEAN." tambahnya.
Menurut Rinna, millet saat ini terus digaungkan agar masyarakat memahami bahwa pangan tersebut dapat menjadi tumpuan ketahanan pangan. Sebab millet memiliki keunggulan dibandingkan tanaman lain. Dari aspek budidaya millets dapat tumbuh pada kondisi kekeringan dan tahan terhadap hama, juga mampu bertahan hidup di lingkungan yang keras dan tanah yang kurang subur. Dari aspek nilai gizi, selain mengandung karbohidrat, protein nabati, dan mineral, millets juga mengandung asam amino esensial dan bebas gluten yang baik untuk kesehatan.
"Keragaman sumber daya yang kita punya mestinya bisa memberikan kekuatan terhadap ketahanan pangan nasional. Dan dengan memanfaatkan millet ini akan menghasilkan dampak ganda. Di satu sisi ada alternatif pangan sumber karbohidrat tersedia di tengah dominasi beras, pada saat yang sama kebutuhan nutrisi juga dapat terpenuhi dengan baik." ujarnya.
Adapun Millet merupakan kelompok pangan serealia yang dapat menjadi sumber karbohidrat. Jenis millet yang terdapat di Indonesia antara lain seperti Foxtail millet di Jawa, Sulawesi, dan Maluku (Hotong), Barnyard millet di Sumbawa dan Sulawesi, finger millet di Sumatera dan Jawa, Proso Millet di Flores, dan Sorghum ditemukan di Nusa Tenggara.
Sementara itu dalam sambutannya, Menteri Pertanian dan Kesejahteraan Petani India Arjun Munda mengatakan, pemerintah India berkomitmen terhadap antisipasi perubahan iklim global yang berdampak pada ketahanan pangan dengan menggaungkan millet sebagai pangan potensial bagi ketahanan pangan.
"Millet mempunyai potensi untuk merevolusi pendekatan kita terhadap pertanian, iklim, dan ketahanan pangan. Pemerintah India telah meluncurkan kampanye untuk memposisikan millet sebagai solusi terhadap malnutrisi, perubahan iklim, dan praktik pertanian berkelanjutan." ujarnya.
Adapun ASEAN - Indian Millet Festival 2023 ini sebelumnya juga digelar di Jakarta pada 12 November 2023. Agenda ini merupakan tindak lanjut pertemuan ASEAN - India Summit 2023 yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 7 September 2023 di Jakarta di mana salah satu poin penting dari pertemuan tersebut adalah menyepakati komitmen pemimpin ASEAN dalam menghadapi ancaman krisis pangan dengan mengoptimalkan pemanfaatan millet sebagai elemen penting dalam penguatan ketahanan pangan dan gizi.
Untuk memperkenalkan dan mendorong masyarakat mengonsumsi millet sebagai pangan alternatif sumber karbohidrat pemerintah Indonesia melalui Badan Pangan Nasional telah merancang kebijakan dan strategi antara lain melakukan penguatan regulasi penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal.
Selain itu, menggencarkan promosi, edukasi, sosialisasi dan kampanye pentingnya pangan lokal dalam mendorong penganekaragama pangan.
Dan juga yang tidak kalah penting membina industri pangan untuk menggunakan millet sebagai bahan baku produk secara berkelanjutan.
Untuk mempercepat implementasi strategi tersebut diperlukan kolaborasi pentahelix (akademisi, bisnis, pemerintah, masyarakat, dan media). Pentingnya kolaborasi ini ditegaskan Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam berbagai kesempatan, bahwa NFA tidak bisa bekerja sendiri tapi membutuhkan sinergitas dan kolaborasi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan.
Akademisi dapat berperan dalam pengembangan teknologi dan inovasi pemanfaatan millets. Sektor kuliner dan pariwisata juga berperan besar dalam memanfaatkan millets sebagai pilihan menu yang disajikan kepada pengunjung. Media dapat mendorong promosi millets sebagai pangan alternatif yang sehat dan bergizi kepada masyarakat luas. Selain itu keterlibatan kepemimpinan non-formal seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat budaya berperan sebagai panutan dalam mendukung pemanfaatan millet.