Dalam upaya meningkatkan kemandirian pangan dan kesejahteraan petani, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan kegiatan Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU). Kegiatan ini merupakan intervensi kebijakan untuk meningkatkan level Indeks Ketahanan Pangan yang dianalisis berdasarkan Food Security and Vulnerability Atlas. Intervensi dilakukan pada komponen on farm dan off farm termasuk kelembagaan, regulasi dan pasar lintas sektor secara terintegrasi.
"Kegiatan PKU ini tidak saja bertujuan meningkatkan produktivitas komoditas tapi juga harus menghasilkan produk olahan pangan yang mampu menembus pangsa pasar sehingga memberi nilai tambah dan keuntungan lebih besar bagi anggota gabungan kelompok tani (gapoktan)," ujar Kepala BKP Agung Hendriadi saat mengunjungi Gapoktan PKU Tribhuanasari di desa Taro kecamatan Tegallalang kabupaten Gianyar - Bali, Sabtu (22/6).
"Saya harapkan, kedepannya gapoktan ini mampu memasarkan produk olahannya dalam bentuk lembaga usaha berbadan hukum, sehingga usahanya semakin berkembang," pinta Agung.
Tujuan kegiatan PKU adalah meningkatkan nilai tambah produk komoditas yang dikelola secara korporasi; meningkatkan pendapatan; dan membentuk lembaga usaha yang berbadan hukum.
Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan BKP Andriko Noto Susanto menjelaskan bahwa pada tahun 2019 kegiatan PKU dilaksanakan di 13 lokasi di 12 provinsi.
"PKU di desa Taro kecamatan Tegallalang kabupaten Gianyar ini berbasis produk olahan berbahan baku kacang tanah dan cabe. Pasarnya dijamin dengan regulasi Pergub yang mewajibkan semua industri pariwisata menyerap minimal 20% produk lokal," tambah Andriko.
Menurut Andriko yang bertanggung jawab terhadap kegiatan PKU, meskipun PKU baru dilaksanakan di 12 provinsi, tidak menutup kemungkinan akan dikembangkan di daerah lainnya.
"Kita akan terus kembangkan didaerah lain yang Indeks Ketahanan Pangannya rendah. Tahapannya juga kita bangun dari penumbuhan, pengembangan, pemantapan dan kemandirian, "tambah Andriko yang mendampingi Kepala BKP.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Denpasar I Wayan Jarta mengatakan, pihaknya optimis program PKU diwilayahnya akan berhasil.
"Kami akan lakukan pembinaan dan pendampingan terus. Bahkan kami juga meminta bantuan BPTP (Badan Pengkajian Teknologi Pertanian) untuk melalukan pendampingan teknis, sehingga usaha yang dikembangkan kelompok akan berhasil," ujar Jarta
Gapoktan PKU Tribhuanasari terdiri dari 5 kelompok beranggotakan masing-masing 12-15 orang yaitu Dukuh Sari, Blingsang Sari, Mina Sari, Gunung Mekar dan Satya Kencana.
Kegiatan yang dikembangkan adalah budidaya dan pengolahan pasca panen. Adapun komoditas yang diusahakan kelima kelompok pada areal seluas 30 hektar adalah cabai rawit dan kacang tanah, sedangkan pengolahan difokuskan pada produk olahan kacang tanah yaitu kacang sangrai, kacang asin dan kacang oven, serta olahan cabai rawit bubuk.
Saat ini telah dilakukan penanaman kacang tanah dan cabai rawit dengan luasan masing-masing komoditas sebesar 15 hektar. Penanaman cabai dimulai Februari, dan April untuk kacang tanah.
"Diperkirakan kami akan mulai melakukan panen bulan Juli untuk cabai dan Agustus untuk kacang tanah 2019," ujar I Made Neka, ketua kelompok Gunung Mekar sekaligus ketua Gapoktan Tribhuanasari.
"Untuk kacang tanah peminatnya sangat tinggi di Bali. Belum panen pun, sudah banyak yang mengincar untuk membeli, jadi kami tidak repot memasarkan," tambah Neka.
Hal yang sama juga terjadi untuk cabai rawit. Pasar cabai rawit ini cukup bagus, terutama di Gianyar, sehingga banyak masyarakat baik anggota kelompok PKU maupun bukan anggota tertarik menanam cabai rawit ini," ujar Neka bangga.