Hasil kajian Bappenas tahun 2021 mencatat limbah dan susut pangan atau Food Loss and waste (FLW) di Indonesia menghasilkan 23-48 juta ton sampah makanan per tahun setara 115-184 kg/kapita/tahun. Sampah makanan tersebut diperkirakan dapat memberi makan 61-125 juta penduduk Indonesia yang membutuhkan atau setara dengan 29-47% populasi. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan dari sampah makanan tersebut mencapai 213-551 Triliun per tahun setara 4-5% GDP Indonesia.
Menyadari pentingnya penurunan FLW ini, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mendorong kolaborasi berbagai pihak untuk bersama-sama menekan angka FLW di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi NFA Nita Yulianis dalam acara Gotong Royong Atasi Susut dan Limbah Pangan 2030 (GRASP2030) Anniversary yang diselenggarakan oleh Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) Jakarta, Kamis (08/09/2022).
"Untuk menurunkan FLW kita harus melakukan minimal tiga hal yaitu mengubah kebiasaan masyarakat untuk tidak membuang makanan, mendistribusikan makanan yang masih potensial kepada masyarakat yang membutuhkan dan berkolaborasi dengan berbagai platform" ujar Nita.
Ditambahkan Nita, pada Senin (15/08/2022) NFA telah membangun kolaborasi bersama Surplus Indonesia dan Hippindo melalui gerakan "Sarinah Bebas Food Waste" yang dihadiri Kepala NFA Arief Prasetyo Adi. Kolaborasi ini diharapkan mengurangi kerugian ekonomi dan berkontribusi bagi penurunan tingkat rawan pangan dan gizi.
Hal senada disampaikan Presiden IBCSD, Shinta W Khamdani selaku sekretariat GRASP. Ia menyampaikan bahwa penurunan FLW menjadi salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) 2030, dan Indonesia juga berkomitmen untuk mendukung pencapaian tujuan ini.
Dalam kegiatan bertema "One Year Collaboration Journey to Reduce Food Loss and Waste" ini, selain dari NFA, juga hadir sebagai narasumber, Windy mewakili Direktur Pengelolaan Sampah, KLHK; Jarot Indarto mewakili Direktur Pangan dan Pertanian, Bappenas; Cogito Ergo, Foodcycle Indonesia; dan Inka Prawirasasra, Sintesa Group.