JAKARTA – Pemerintah terus melakukan intervensi ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dengan menyalurkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Beras SPHP berasal dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog telah masuk ke PIBC, sehingga kian memperkuat stok beras yang telah mencapai 34 ribu ton.
Peryataan itu diutarakan oleh Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023 yang dirangkaikan dengan Penyerahan Insentif Fiskal di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta pada Senin (6/11/2023).
“Kita terus lakukan intervensi beras SPHP ke PIBC sejak September. Stok beras SPHP yang telah kita intervensi telah mencapai 8 ribu sampai 10 ribu ton. Dengan itu, harga beras medium di PIBC secara gradual menjadi flat. Total keseluruhan stok beras di PIBC hari ini saya cek ada 34 ribu ton. Ini kian mendekati target stok dari Bapak Presiden Joko Widodo yang meminta stok PIBC dapat mencapai 35 ribu ton,” papar Arief.
Sebagaimana diketahui, beras SPHP disalurkan ke PIBC guna mengisi kebutuhan pasar dan menekan lonjakan inflasi. Ini merupakan arahan Presiden Joko Widodo agar terus memperluas cakupan beras Bulog, sehingga dapat lebih menjangkau berbagai lapisan masyarakat.
“PIBC ini merupakan barometer pasar beras nasional, sehingga perluasan jangkauan penyaluran beras SPHP penting dilakukan di sini. Ini untuk melengkapi penyaluran beras SPHP yang secara masif turut pula telah disalurkan ke pasar tradisional dan ritel modern,” ujar Kepala NFA.
“Operasi pasar ke PIBC telah kita mulai sejak 13 September dengan kondisi stok saat itu ada 25 ribu ton. Sekitar seminggu setelah itu, tepatnya di 19 September tercatat harga beras medium jenis IR64 III tercatat Rp 12.256 per kg. Kemudian secara gradual mengalami penurunan hingga 10,36 persen menjadi Rp 10.986 per kg pada 3 November dengan total stok hari ini 34 ribu ton. Tren penurunan harga beras medium di pasar induk seperti ini dapat menjadi penekan harga beras medium di tingkat konsumen,” sambungnya.
Lebih lanjut, menukil data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai inflasi beras secara bulanan (month to month). Pada September 2023, inflasi beras secara bulanan tercatat sebesar 5,61 persen dengan andil 0,18 persen. Inflasi pada September tahun ini merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018. Penyebabnya adalah adanya kenaikan harga beras disebabkan berkurangnya pasokan sebagai dampak El Nino.
Pada rilis BPS terbaru, inflasi beras secara bulanan pada Oktober 2023 tercatat mengalami penurunan menjadi 1,72 persen dengan andil 0,06 persen. Meski ada deflasi, BPS masih mencatat bahwa komoditas beras menjadi penyumbang andil inflasi terbesar selama 3 bulan belakangan ini.
“Kita terus siapkan stok CBP bersama Bulog, terlebih ini menjelang akhir tahun. Kita tahu ada Natal dan momen pergantian tahun, sehingga tren inflasi harus terus dijaga. Pemerintah terus melakukan berbagai upaya mulai dari hulu sampai hilir. Beras SPHP telah digelontorkan ke PIBC dan semua lini pasar yang tersedia. Beras komersial Bulog disalurkan pula ke penggiling padi. Lalu juga Bapak Presiden pun telah memutuskan bantuan pangan beras diperpanjang sampai Desember. Bahkan jika anggaran memungkinkan akan ditambah hingga tahun depan,” pungkas Arief.
Berdasarkan pantauan di Panel Harga Pangan NFA, mulai terlihat adanya depresiasi harga beras medium di tingkat konsumen. Pada 1 Oktober tercatat harga rata-rata nasional beras medium ada di Rp 13.220 per kg. Kemudian pada 5 November harga rata-rata nasional untuk beras medium mengalami penurunan 50 poin menjadi Rp 13.170 per kg.
——————————
*Siaran Pers*
*Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA)*
251/R-NFA/XI/2023
6 November 2023
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
komunikasi@badanpangan.go.id
Telp : 087783220455