Pada hari pertama menjabat sebagai Penjabat (Pj) Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Andriko Noto Susanto, yang juga Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), langsung menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan seluruh kepala dinas di provinsi tersebut. Setelah resmi dilantik oleh Menteri Dalam Negeri, Andriko segera bertolak dari Jakarta menuju Kupang pada hari Minggu (8/9/24), siap menjalankan amanah besar yang telah diberikan.
Dalam rakor yang digelar pada hari Senin pagi, Andriko menyampaikan pandangannya mengenai kondisi strategis NTT, yang menurutnya memiliki potensi besar dalam hal pangan dan ekonomi lokal. Namun, ia juga menekankan bahwa ada beberapa tantangan krusial yang harus segera diatasi. “NTT memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa, namun tantangan besar seperti kemiskinan ekstrem, angka stunting yang masih tinggi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang perlu ditingkatkan menjadi prioritas kita bersama,” ujar Andriko dalam pertemuan tersebut.
Salah satu isu yang disorot oleh Andriko adalah kemandirian pangan. Ia menegaskan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan harus menjadi fokus utama dalam pembangunan NTT ke depan. “Pangan adalah kunci kemandirian sebuah daerah. NTT harus mampu mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya pangannya dengan baik, potensi itu ada dan akan kita usahakan bersama,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Andriko juga menekankan pentingnya spirit serta sinergi dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi NTT. Kerjasama lintas sektor, menurutnya, menjadi kunci dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan, khususnya dalam hal ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai wilayah yang dikenal dengan tantangan geografisnya, NTT memang menghadapi kesulitan dalam aksesibilitas dan distribusi pangan. Namun, Andriko meyakini bahwa dengan perencanaan yang tepat dan komitmen yang kuat dari semua pihak, NTT dapat mencapai kemandirian pangan yang diidamkan. “Kita akan mengoptimalkan potensi lokal seperti jagung, sorgum, dan umbi-umbian yang memang menjadi komoditas utama di NTT. Ini harus kita dorong agar mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat lokal,” jelasnya.
Menurut Andriko, keberhasilan program kemandirian pangan di NTT tidak hanya akan berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga akan berkontribusi signifikan dalam penurunan angka stunting dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Ini adalah pekerjaan besar yang tidak bisa selesai dalam waktu singkat, namun dengan komitmen yang kuat dan dukungan dari semua pihak, tugas kita untuk memulainya,” ujarnya.
Selain itu, Andriko juga menyatakan akan terus berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional untuk memastikan agar program-program yang diluncurkan di NTT selaras dengan kebijakan nasional. Ia berharap, upaya ini dapat mempercepat pencapaian target-target pembangunan yang telah ditetapkan.