BOGOR - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) secara konsisten terus melakukan memantau kondisi pasokan dan harga pangan di pasar. Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan NFA Rachmi Widiriani mengatakan, langkah ini dilakukan secara sinergi dengan seluruh stakeholder pangan terkait baik di pusat maupun daerah.
"Yang pertama itu kita perlu memastikan ketersediaan pangan cukup. Kemudian distribusinya merata, pasokannya ke pasar lancar dan harganya terkendali. Karena itulah, Badan Pangan Nasional terus secara konsisten memantau dinamika pasokan dan harga pangan di lapangan, tentu bersama seluruh pemangku kepentingan terkait," ujar Rachmi saat meninjau Pasar Citeureup, Bogor Jawa Barat pada Kamis (1/8/2024).
"Bersama stakeholder terkait seperti pemda melalui dinas Pangan, satgas pangan, dan Bulog bersama-sama kita lakukan pemantauan di pasar Citeureup, memang secara rata-rata harga pangan dalam konsisten yang relatif aman dan stabil seperti beras, bawang dan daging sapi, namun ada beberapa yang cenderung mengalami kenaikan seperti daging ayam dan cabe rawit namun dipastikan bahwa stok komoditas pangan tersebut cukup, distribusinya tidak terganggu,’’ tambah Rachmi.
Adapun berdasarkan pemantauan tersebut, harga rata-rata komoditas pangan di Pasar Citeureup, untuk bawang merah berada di kisaran Rp28 ribu per kilogram (kg), bawang putih Rp36 ribu per kg, beras medium Rp12 ribu per kg dan telur ayam Rp28 ribu per kg serta daging ayam ras Rp38-40 ribu per kg.
"Salah satu tugas fungsi yang diemban Badan Pangan Nasional ini terkait pemantauan harga. Jadi selain turun langsung untuk memastikan kondisi riil di lapangan, kita juga memantau kondisi harga di seluruh provinsi dan kabupaten/kota melalui Panel Harga Pangan. Jadi melalui enumerator yang tersebar di seluruh daerah, kita bisa mengetahui setiap hari pergerakan harga sehingga menjadi referensi dalam pengambilan kebijakan terkait stabilisasi pangan," papar Rachmi.
Hal ini juga erat kaitannya dengan upaya pemerintah mengendalikan inflasi. Sebab kondisi harga pangan di daerah itu berkontribusi terhadap tingkat inflasi daerah yang pada akhirnya berdampak pada inflasi nasional.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam beberapa kesempatan menegaskan urgensi upaya pengendalian inflasi khususnya inflasi pangan, "Melalui rakornas pengendalian inflasi yang digelar Kemendagri setiap minggu, Badan Pangan Nasional terus memastikan terbangunnya sinergi yang kuat pusat dan daerah untuk sama-sama menjaga inflasi. Produksi komoditas pangan di setiap daerah berbeda-beda, sehingga perlu membangun kerja sama antardaerah yang kuat. Defisit di kabupaten tertentu dapat dipenuhi dari surplus di kabupaten lain," ujar Arief.
Berdasarkan data BPS, inflasi pada Juli 2024 terjaga di 2,13 persen (yoy), secara bulanan terjadi deflasi sebesar 0,18 persen, melanjutkan tren deflasi sejak Mei 2024. Deflasi ini terutama didorong oleh penurunan harga pada kelompok bahan pangan, antara lain bawang merah, cabai merah, tomat, dan bawang putih.
Dalam pemantauan pasar tersebut, NFA juga memastikan kualitas pangan di Pasar Citerep terbebas dari cemaran zat berbahaya, dengan melakukan uji sampel Keamanan pangan segar yang dilakukan oleh tim Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKPP).
"Hasil pemantauan hari ini, kami tidak menemukan kandungan zat berbahaya pada sampel yang kita ambil, zat formalin dan pestisida pada sejumlah bahan pangan yang diuji, Alhamdulillah hasilnya semua negatif, termasuk daging dan ikan," jelas Rachmi.
Aspek keamanan pangan segar ini juga menjadi concern Badan Pangan Nasional karena kita ingin memastikan pangan yang beredar ini aman baik dari sisi kandungan cemaran residu pestisida dan formalin.
————————————————
Siaran Pers
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA)
170/R-NFA/VIII/2024
2 Agustus 2024
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
komunikasi@badanpangan.go.id
Telp : 087783220455