BADAN PANGAN NASIONAL
Jaga Tren Penurunan Inflasi, Badan Pangan Nasional Genjot Program Startegis Peningkatan Daya Beli Masyarakat terhadap Pangan

JAKARTA – Upaya pemerintah melakukan pengendalian inflasi khususnya di sektor pangan membuahkan hasil. Hal tersebut terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan penurunan inflasi nasional secara tahun ke tahun (y on y) dari 4,33 persen di bulan April 2023 menjadi 4,00 persen di Mei 2023. Di mana andil sektor pangan melalui kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau pada Mei  2023 (y on y) berada di angka 1,13 persen atau turun dibanding bulan sebelumnya yang berada di posisi 1,20 persen. 


Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi melalui keterangannya pada Senin, (5/6/2023), di Jakarta. Menurutnya, pengendalian inflasi pangan yang dilakukan bersama Kementerian/Lembaga terkait, Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP), Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), dan seluruh stakeholder pangan berkontribusi positif menurunkan angka inflasi nasional Mei 2023.


“Tentunya ini juga hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan setiap minggu bersama Kementerian Dalam Negeri dengan mengumpulkan seluruh Pemda, intansi, dan stakeholder terkait,” tambahnya.


Meski tren inflasi menurun, Arief menegaskan, pihaknya tetap fokus pada langkah dan strategi pengendalian inflasi ke depan. Terutama guna mewaspadai fluktuasi harga sejumlah komoditas yang memberikan andil inflasi selama setahun terakhir, seperti beras, telur ayam ras, bawang putih, dan bawang merah. 


“Apabila dilihat dari data inflasi bulan ke bulan, Mei 2023 terhadap April 2023, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau masih memberikan andil inflasi 0,13 persen atau lebih tinggi dibanding andil bulan sebelumnya yang berada di posisi 0,09 persen. Dengan sejumlah aksi yang kita lakukan, di tengah perubahan harga variabel produksi, kenaikan andil terhadap inflasi bisa ditekan tidak lebih dari 0,04 persen. Potensi inflasi ini yang akan terus kita tekan dan pastikan langkah mitigasinya,” jelasnya.


Terkait langkah yang akan dilakukan, Arief menyampaikan, Badan Pangan Nasional fokus pada upaya menjaga stabilitas pasokan serta keseimbangan harga komoditas pangan dari hulu hingga hilir. Pihaknya juga, terus menggenjot program-program strategis yang bertujuan menjaga daya beli masyarakat terhadap komoditas pangan pokok.


“Hal ini sesuai arahan Bapak Presiden, agar keseimbangan dan kewajaran harga baik di tingkat produsen (petani/peternak/nelayan), pedagang, dan konsumen terus dijaga dan dipastikan,” tuturnya.


Lebih lanjut, Arief menyampaikan, untuk pengendalian harga komoditas beras, sejak Januari hingga akhir tahun ini, pemerintah akan terus melakukan sejumlah intervensi dengan mengoptimalkan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP), diantaranya melalui penyaluran beras SPHP BULOG ke seluruh provinsi dengan harga beras sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). "Langkah ini untuk mengendalikan harga beras di tingkat konsumen. Sejak Januari sampai 31 Mei 2023 ini BULOG telah menyalurkan beras SPHP sebanyak 587 ribu ton ke seluruh provinsi. Penyaluran beras SPHP masih akan terus dilakukan sepanjang tahun,” jelasnya.


Selain itu, Badan Pangan Nasional bersama BULOG juga terus menggenjot penyaluran bantuan pangan beras bagi 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk menjaga daya beli masyarakat. Sampai dengan 4 Juni 2023 telah disalurkan sebanyak 433 ribu ton bantuan beras. 


“Jumlah tersebut terbagi ke dalam tahap 3 tahap, tahap 1 telah terealisasi sebanyak 210 ribu ton, tahap 2 sebanyak 172 ribu ton, dan tahap 3 sebanyak 51 ribu ton. Masing-masing KPM akan menerima 10 kg beras per tahapan lenyaluran atau perbulan,” jelasnya.


Selain bantuan pangan beras, Badan Pangan Nasional bersama Holding BUMN Pangan ID FOOD juga melakukan penyaluran bantuan telur dan daging ayam bagi 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS). “Ini langkah strategis untuk mengurangi stunting, menjaga daya beli masyarakat dalam rangka mengendalikan inflasi, sekaligus menjaga harga telur dan daging ayam di tingkat peternak. Sampai 4 Juni 2023 telah direalisasikan penyaluran tahap pertama sebanyak 1,2 juta paket bantuan atau sekitar 88 persen dari target 1,4 juta KRS,” ungkapnya.


Langkah lainnya yang juga menjadi kunci pengendalian inflasi pangan adalah Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) dan Gelar Pangan Murah (GPM). “Secara prinsip FDP adalah melakukan pendistribusian komoditas pangan dari daerah surplus ke daerah defisit. Ini penting untuk mengatasi terbatasnya pasokan yang berujung fluktuasi harga pangan di suatu daerah. Kita sudah lakukan untuk komoditas gula konsumsi, beras, jagung, dan minyak goreng diantaranya dengan mengoptimalkan Tol Laut,” imbuhnya.


“Sedangkan untuk GPM atau pasar murah, kita terus lakukan bekerja sama dengan Dinas urusan pangan, Bank Indonesia, BUMN, dan BUMD. Tahun ini sudah dilaksanakan di 26 provinsi melalui 48 kali kegiatan, dan di 117 Kabupaten/Kota melalui 167 kali kegiatan. Kegiatan ini untuk memastikan masyarakat memperoleh kebutuhan pangan yang terjangkau,” tambahnya.


BPS sendiri dalam laporannya mengungkapkan, Pasca Lebaran 2023 tingkat inflasi mulai melemah, bahkan merupakan tingkat inflasi terendah sejak Januari 2023. Penyumbang utama deflasi Mei 2023 adalah tarif angkutan udara -0,06 persen, cabai merah -0,04 persen, tarif angkutan antar kota -0,02 persen, cabai rawit -0,02 persen, dan bayam 0,00 persen.


Adapun kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau pada Mei 2023 memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y sebesar 1,13 persen. Komoditas pangan dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu: beras sebesar 0,38 persen, telur ayam ras 0,07 persen, bawang putih sebesar 0,03 persen. Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, yaitu minyak goreng sebesar 0,19 persen, daging ayam ras sebesar 0,05 persen, cabai merah sebesar 0,03 persen, cabai rawit dan daging sapi masing-masing sebesar 0,01 persen.


Sementara secara bulanan atau m-to-m, kelompok ini pada Mei 2023 memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,13 persen. Komoditas pangan yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu: bawang merah dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,03 persen; ikan segar, telur ayam ras, dan bawang putih masing-masing sebesar 0,02 persen; sawi hijau dan tomat masing-masing sebesar 0,01 persen. Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m, yaitu: cabai merah sebesar 0,04 persen dan cabai rawit sebesar 0,02 persen. Adapun pada Mei 2023 terjadi inflasi bulanan (m to m) sebesar 0,09 persen lebih rendah dibanding inflasi bulanan April 2023 dan Mei 2022 yang masing masing sebesar 0,33 persen dan 0,40 persen.

.

——————————


*Siaran Pers*

*Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA)*

114/R-NFA/VI/2023


5 Mei 2023


*Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:*

komunikasi@badanpangan.go.id


Telp : 087783220455

BADAN PANGAN NASIONAL  
Sejak 25/01/2023
Kantor
Jalan Harsono RM No.3, Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12550
(021) 7807377
nfa_official@badanpangan.go.id
Media Sosial
Tautan Terkait
Kementerian Pertanian
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Perdagangan
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Badan Pusat Statistik
Badan Informasi Geospasial
Perum BULOG
ID FOOD
Copyright © 2024 Badan Pangan Nasional. All Rights Reserved.