Bogor – Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi mendorong pemanfaatan lahan pekarangan sebagai penopang ketahanan pangan keluarga. Hal tersebut diungkapkan Agung saat melihat langsung aktivitas Kelompok Wanita Tani (KWT) Ciharashas yang berlokasi di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jumat (25/7)
“Selain dapat dikembangkan sebagai sumber pangan yang beragam dan bergizi bagi keluarga, pemanfaatan lahan pekarangan juga berperan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sehingga menggerakkan ekonomi, karena hasil pekarangan potensial sebagai sumber pendapatan keluarga,” ujar Agung.
Apa yang disampaikan Agung tersebut selaras dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan yang menegaskan bahwa pertanian di pekarangan menjadi jawaban di tengah dampak pandemi covid-19 dan ancaman krisis pangan yang melanda dunia.
Pertanian pekarangan menjadi salah satu upaya diversifikasi pangan yang digalakkan oleh Kementerian Pertanian melalui program peningkatan ketersediaan pangan di era new normal yang meliputi peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, serta pengembangan pertanian modern.
Lebih lanjut dikatakan Agung, kota Bogor memiliki potensi lahan yang luas dan curah hujan yang cukup untuk dapat menjadi daerah penghasil sayuran.
“Dengan potensi lahan yang luas silakan dikembangkan, manfaatkan lahan yang ada, kembangkan penyediaan bibit di demplot,” ujarnya.
Jika kegiatan yang dilakukan KWT Ciharashas ini diikuti oleh seluruh KWT yang ada di Kota Bogor maka bukan tidak mungkin Kota Bogor akan menjadi Kota Sayur, harapnya.
“Saya melihat ini sebagai penyuplai pangan, Bogor ini yang paling dekat dengan Jakarta, ke depan saya harap Bogor bisa menjadi Kota Sayur yang menyuplai pangan ke Ibukota” ungkapnya.
Sementara itu Ketua KWT Ciharashas Umiyati mengungkapkan jika kebun demplot kelompoknya merupakan bagian dari Kampung Wisata yaitu Kampung Tematik Agro Eduwisata Organik Mulyaharja, dimana dalam kegiatan kampung wisata tersebut, saung KWT Ciharashas menjadi saung utama dalam penerimaan kunjungan tamu.
“Sebagai bagian dari Agro Eduwisata Organik, kegiatan KWT disini juga sekaligus memberikan edukasi dalam memanfaatkan lahan pekarangan, biasa nya pengunjung anak sekolah dan mereka tertarik ketika mampir ke kebun demplot” ungkapnya.
Adapun pengembangan kebun demplot ditanami dengan berbagai jenis tanaman yangn diakui Umiyati sesuai dengan empat prinsip pemanfaatan lahan pekarangan yaitu tanaman warung hidup, apotik hidup, lumbung hidup dan bank hidup.
“Untuk sayuran lebih banyak yang umur pendek seperti kangkung, pakcoy, caisim, paling 20 hari sudah panen dan itu bisa dikonsumsi sehari hari sisanya dijual, kita juga pelihara ikan lele, mujair, tanaman toga dan bank hidup seperti tanaman buah itu sebagai simpanan untuk jangka waktu yang lama” tambahnya.
Dia mengakui saat ini kelompok sudah mandiri untuk kebutuhan sayur mayur dan juga menambah pendapatan keluarga dari penjualan hasil kebun. Kedepan dia akan mulai menambah areal pertanaman di lahan anggota yang lebih luas.
“Alhamdulillah kami sangat cukup dari ketersediaan bibit, Ke depan kami akan mulai menanam di lahan yang lebih luas agar bisa meningkatkan penghasilan,” ungkapnya.