Pembangunan pertanian dan ketahanan pangan saat ini dan masa mendatang banyak menghadapi berbagai permasalahan diantaranya perubahan iklim, pertambahan penduduk dan penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian.
Namun permasalahan tersebut bisa diatasi, karena Indonesia memiliki sumber daya alam berlimpah, penggunaan teknologi dan iklim yang lebih bersahabat.
"Saya optimis, Indonesia tidak akan kekurangan pangan. Beras kita banyak. Tinggal bagaimana kita mendistribusikan kepada masyarakat," ujar Kepala BKP Kementan Agung Hendriadi pada Forum Diskusi Pangan Nasional 2018 _"Future Open The Rice"_ di Botani Square Bogor, Sabtu (1/12) yang diselenggarakan oleh Pendidikan Vokasi Institut Pertanian Bogor.
"Sepanjang tahun pangan kita aman. Indonesia ada 8 zona iklim yang tidak pernah sama. Tidak semua banjir dan tidak semua daerah kering. Setiap hari kita ada panen," tambah Agung.
Sedangkan untuk mengatasi tenaga kerja petani yang semakin berkurang, menurut Agung, Kementerian Pertanian selain telah melakukan mekanisasi pertanian, juga telah merubah Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian, sehingga bisa menjawab kebutuhan dan menarik minat generasi muda terjun ke pertanian.
"Untuk menarik anak-anak muda ke pertanian, selain dengan modernisasi pertanian, pembangununan pertanian harus berorientasi kepada Industri Pertanaman, yang dikelola dari hulu sampai hilir, sehingga membuat petani tidak malas bekerja dan lebih bergengsi," ujar Agung
Ekonom Senior Rizal Ramli mengatakan Indonesia semestinya tidak hanya berkutat kepada masalah kecukupan pangan dan swasembada, tetapi sudah berpikir dengan ide-ide besar.
"Sebagai negara besar dan potensi sumberdaya alamnya sangat berlimpah, mestinya kita sudah berpikir bagaimana Indonesia sebagai Lumbung Pangan Asia 10 tahun mendatang," ujar Rizal.
Menurut Rizal Ramli, pemikiran tersebut sangat strategis, karena Indonesia berkelimpahan sinar matahari, hujan juga banyak dan tenaga kerja tidak kurang.
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, mengatakan bahwa ketahanan pangan Indonesia akan kuat jika pangan tidak tergantung hanya pada beras.
"Kami berusaha agar ketersediaan beras selalu tercukupi dari dalam negeri," ujar Budi Waseso.
Namun demikian, menurutnya, mestinya pemenuhan pangan bagi masyarakat tidak berorientasi hanya pada beras.
"Tetapi sagu, ubi-ubian, jagung lainnya juga perlu dikembangkan," ujar Budi Waseso.
Guru Besar Faperta IPB, Dwi Andreas Santoso mengatakan untuk memperkuat ketahanan pangan di Indonesia, masalah benih perlu ditingkatkan.
"Dengan benih yang bermutu, akan meningkatkan produksi pangan, sehingga bisa menggairahkan petani, karena lebih menguntungkan," ujar Andreas.
Kepala Balitbang Kemendag, Kasan Muhri mengatakan bahwa kebijakan impor yang dilakukan sifatnya hanya untuk menutupi kekurangan yang ada.
"Kami harus menjaga stabilitasi harga pangan. Kalau harga pangan tinggi, karena produksi kurang, terpaksa dilakukan impor untuk menutupi kekurangan, sehingga masyarakat bisa membelinya," ujar Kasan.
Hadir dalam acara ini selain para dekan, dan dosen, juga para mahasiswa IPB dan mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian dan beberapa media.