JAKARTA - Pengentasan kemiskinan, penanganan gizi buruk dan penurunan stunting merupakan serangkaian agenda pembangunan yang terus didorong pemerintah melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Untuk itu, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menjalin perjanjian kemitraan dengan World Food Programme (WFP).
“Kita ingin menindaklanjuti kembali kerja sama dengan WFP yang telah ada sejak 2017 sampai 2021. Saat itu masih dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP). Ini adalah salah satu yang memang diharapkan dari dulu untuk mempercepat pengentasan kemiskinan, gizi buruk, dan stunting. Caranya dengan memberikan nutrisi makanan yang berimbang sampai harus sampai dimakan,” kata Kepala NFA Arief Prasetyo Adi saat menerima tim WFP pada Kamis (29/2/2024) di Kantor NFA, Jakarta.
“Bapak Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa Indonesia Emas 2045 akan bisa terlaksana dengan baik, apabila kita memiliki sumber daya manusia yang andal. Bonus demografi yang akan kita miliki 2045 itu akan menjadi baik, apabila generasi penerus kita itu sehat dan produktif. Namun kebalikannya, apabila tidak terpenuhi gizinya, kemudian masih banyak penyakit dan tidak stabil kondisinya, itu akan membuat bonus demografi itu malah jadi malapetaka,” sambungnya.
“Yang perlu jadi catatan, salah satunya adalah standar menu dan nutrisi dalam program hasil kerja sama NFA dengan WFP nanti. Nanti mungkin karena WFP juga memiliki ahli-ahli, kita minta tolong karena kalau mengerjakan sesuatu mesti belajar dari yang ahlinya. Kemudian berikutnya lagi, ini semua harus bisa diukur, jadi measureable,” pesan Arief.
Dalam rancangan kerja sama yang dicanangkan mulai tahun ini, rencana kolaborasi antara lain berupa kajian metodologi pengukuran dalam penyusunan FSVA, pengembangan Decision Support System (DSS) untuk antisipasi dan pengendalian krisis pangan, dan pengembangan early warning system ketahanan pangan dan gizi yang terintegrasi.
Selanjutnya, ada pula dalam bentuk pengembangan model dynamic food security index, produksi dataset Small-Area Estimation (SAE) untuk level desa, pendampingan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia di Indonesia Timur atau Daerah Otonomi Baru. NFA dan WFP juga akan melakukan pengembangan pangan fungsional untuk bantuan pangan dan dukungan teknis edukasi pangan dan gizi pada kegiatan Genius (Gerakan Edukasi dan Pemberian Pangan Bergizi Untuk Siswa).
Dalam kesempatan yang sama, WFP Indonesia Country Director a.i/Programme Policy Officer WFP John Brooks mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi kolaborasi yang telah lama terbangun bersama Indonesia. “Saya ingin mengungkapkan langsung rasa terima kasih atas 20 tahun lebih kolaborasi. Terima kasih juga karena baru-baru ini telah menyepakati kembali kemitraan kita sekitar 1,5 bulan lalu. Selanjutnya, kami pastikan dukungan ke pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas dan keamanan pangan serta gizi,” ucapnya.
Untuk diketahui, selama pelaksanaan kerja sama BKP dengan WFP dalam kurun waktu 2017 sampai 2021 bertujuan untuk penguatan kapasitas lembaga pemerintah dalam melakukan analisis penurunan risiko dalam mengurangi jumlah penduduk yang mengalami rentan rawan pangan. Realisasi program berupa pembangunan Sistem Informasi Ketahanan Pangan dan Gizi (SIKPG) dan dukungan teknis perbaikan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA).
————————————————————————
*Siaran Pers*
*Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA)*
048/R-NFA/II/2024
29 Februari 2024
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
komunikasi@badanpangan.go.id
Telp: 087783220455