Indonesia masih dihadapkan pada tantangan untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. Guna menangani hal tersebut, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus menggagas strategi efektif dalam upaya mengurangi ketergantungan pada satu jenis pangan, salah satunya adalah dengan penguatan diversifikasi sumber pangan melalui Program Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA).
“Satu diantara beberapa tujuan dari program ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat akan berbagai jenis pangan alternatif yang tidak hanya bergizi tinggi, tetapi juga sesuai dengan kondisi lokal. Salah satunya sorgum sebagai solusi potensial. Kandungan gizinya yang tidak kalah dengan beras dan dengan karakteristiknya yang adaptif terhadap kondisi iklim ekstrem seperti kekeringan, sorgum diproyeksikan dapat mendukung ketahanan pangan nasional kita.” ungkap Rinna Syawal selaku Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA ditemui dalam Seminar “Kolaborasi Mewujudkan Ketahanan Pangan, Energi Baru Terbarukan dan Pelestarian Lingkungan” (22/8).
Pada seminar yang diselenggarakan di Bandung tersebut, Rinna menuturkan bahwa diversifikasi pangan menjadi faktor vital dalam menekan risiko kerawanan pangan. Lebih jauh ia menjelaskan, melalui upaya pemanfaatan hasil sumber daya alam yang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, tidak hanya ketahanan pangan dapat diperkuat, tetapi juga kualitas gizi masyarakat akan turut meningkat selaras dengan berkurangnya ketergantungan pada satu sumber daya pangan seperti beras.
Rinna juga mengungkapkan, terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 Agustus 2024 kemarin juga merupakan bagian dari upaya strategis pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.
“Kita dorong percepatan penganekaragaman pangan melalui Perpres dengan fokus pada 4 aspek utama yang mencakup tersedianya sumber pangan yang beragam, perubahan pola konsumsi menjadi B2SA, keberpihakan kepada pelaku usaha pangan lokal, serta aksesibilitasnya merata dan terjangkau. Diversifikasi ini akan memberi multilayer effect bagi masyarakat mulai dari aspek ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, lingkungan, nasionalisme, serta tentunya kemandirian dan kedaulatan pangan.” sebut Rinna.
Berkaitan dengan pengembangan sorgum, NFA telah turut serta dalam mendukung perluasan jangkauan pasar bagi produk-produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis sorgum. Kebijakan ini mencakup pemberian dukungan dalam bentuk fasilitasi alat pengolahan serta pengemasan. Melalui dukungan yang kuat diharapkan dapat mempercepat proses adopsi sorgum sebagai sumber pangan alternatif yang berkelanjutan di Indonesia.
“Kita terus tingkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya diversifikasi pangan melalui berbagai siasat seperti edukasi, sosialisasi, kampanye publik sampai fasilitasi bantuan. Tentunya kolaborasi lintas sektor juga diperlukan antara pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sektor swasta, akademisi, dan masyarakat untuk memastikan keberhasilan diversifikasi pangan yang berkelanjutan ini.” terang Rinna.
Menurut Rinna upaya diversifikasi pangan tidak hanya sekadar langkah strategis, tetapi juga bagian dari tanggung jawab terhadap masyarakat. Pengenalan sorgum sebagai bagian dari pola konsumsi pangan sehari-hari diharapkannya dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, serta mendukung upaya mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.