Yogyakarta, Orang Indonesia masih mengonsumsi nasi lebih dari 60 persen tiap porsi makannya. Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian mengajak masyarakat Indonesia untuk mengurangi porsi nasi yang mereka makan.
Idealnya, porsi nasi di tiap piring makan hanya 50 persen. Sisanya diperbanyak konsumsi sayur mayur, buah-buahan dan lauk pauk. Komposisi makanan yang seimbang ini mampu meningkatkan gizi dan nutrisi individu. Sehingga menciptakan kualitas hidup lebih sehat, sumber daya manusia yang aktif dan produktif. Sayangnya, sudah tertanam dalam budaya nasi sebagai makanan utama.
"Kalau kita datang ke pesta saja yang pertama kali dicari itu pasti nasi, baru lauk, sayur mayur dan terakhir buah-buahan. Nasinya banyak, lauk dan sayurnya sedikit," kata Kepala BKP Agung Hendriadi di Yogyakarta, Jumat, 24 November 2017.
Padahal, nasi bukanlah satu-satunya sumber karbohidrat yang ada di Indonesia. Umbi-umbian, sukun, jagung, sagu dan singkong adalah sumber karbohidrat lain. Nilai gizinya pun tak kalah dari nasi.
Badan Ketahanan Pangan kini tengah mengkampanyekan program "Isi Piringku" ke masyarakat. Program ini bertujuan untuk merubah pola pikir dan komposisi makan masyarakat. Masyarakat diajak untuk lebih memperbanyak konsumsi buah-buahan, dan sayur mayur
Agung menjelaskan program Isi piringku adalah mengatur isi komposisi makanan dimana dalam sekali makan, setengah bagian piring diisi sayur mayur dan buah-buahan. Sementara setengah porsi sisanya dibagi dua, tiga perempat makanan pokok sumber karbohidrat seperti nasi,dan umbi-umbian dan seperempat diisi sumber protein seperti daging dan ikan.
"Biar masyarakat terbiasa, coba yang membut acara, nasi menjadi urutan paling terakhir di meja prasmanan. Sayur dan buah-buahan diletakkan dibagian awal. Jadi bisa memancing seseorang mengambil lebih banyak sayur dan buah," tutupnya.