Keberlanjutan sistem pangan menjadi semakin penting karena pertumbuhan populasi yang cepat, perubahan iklim, dan degradasi lingkungan. Hal tersebut memacu transformasi sistem pangan global yang inklusif dan berkelanjutan untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (TPB/SDGs).
Hal tersebut diungkap oleh Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Nita Yulianis pada Pembukaan Festival Jejak Pangan Lestari di Jakarta, Jum'at (25/10/2024).
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mendukung upaya nasional dalam mengurangi susut dan sisa pangan (SSP) sebagai langkah penting menuju ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia.
Indonesia telah menetapkan target ambisius dalam pengurangan SSP sebesar 75% pada tahun 2045, sebagaimana tertuang dalam Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan. "Inisiatif ini sejalan dengan komitmen Indonesia pada Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin 12.3, yakni pengurangan 50% food waste di tingkat retail dan konsumen pada 2030, serta mendukung pencapaian Zero Hunger pada SDGs poin 2" papar Nita.
Lebih lanjut, Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi NFA tersebut juga mengapresiasi berbagai langkah Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL) dalam mendorong sistem pangan yang berkelanjutan, khususnya upaya mengurangi SSP yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan tetapi juga mengurangi dampak lingkungan akibat pemborosan sumber daya dalam rantai produksi pangan.
“Multi-stakeholder itu kami biasanya detailkan dalam bentuk pentahelix, yakni akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah pusat dan daerah, serta media yang punya peranan penting dalam bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah, khususnya dalam transformasi sistem pangan ini bisa juga melibatkan partisipasi utuh dan menyeluruh dari seluruh sektor. Tentunya, satu yang kita highlight tidak hanya pada lingkup nasional, tentunya kita perjuangkan juga dalam forum-forum global maupun regional. Dengan kolaborasi, transformasi sistem pangan tentunya akan terwujud untuk Indonesia Emas 2045,” ungkap Nita.
Koordinator Bidang Pangan Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Ifan Martino menyatakan transformasi sistem pangan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup agresif.
“Kalau kami juga Bappenas melihatnya cukup agresif, bagaimana kita dalam melakukan agenda transformasi sistem pangan itu sekarang melibatkan stakeholder yang lebih luas,” ujarnya
Sementara itu Kepala Sekretariat KSPL Gina Karina juga menambahkan fase kedua berlangsung selama 2021-2024. Periode panjang ini menuntun KSPL yang bermitra dengan Bappenas maupun Bapanas untuk turut ambil bagian dalam mendukung transformasi sistem pangan. “Fokus KSPL tidak hanya terkait dengan pangan dan pembinaan lahan, tetapi juga sistem pangan secara keseluruhan,” tegasnya.
Badan Pangan Nasional melalui Gerakan Selamatkan Pangan Menuju Zero Waste to End Hunger yang dicanangkan sejak 2022 terus menguatkan komitmen dalam mencapai Better Nutrition, Better Behavior, dan Better Collaboration. Diharapkan dengan adanya festival ini, komitmen bersama dapat diperkuat untuk membangun sistem pangan nasional yang sehat, adil, dan berkelanjutan demi Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Festival Jejak Pangan Lestari menghadirkan booth pameran dari 12 mitra kerja KSPL yang diisi dengan berbagai kegiatan edukasi dan diskusi tentang transformasi sistem pangan, salah satunya yaitu susut dan sisa pangan. Selain itu, terdapat demo masak Kreasi Pangan dari Ibu Pertiwi dan Talkshow dengan tema Makan, Sehat, Beragam, dan Selaras dengan Alam: Memang Bisa?. Talkshow ini diisi oleh berbagai narasumber mencakup 1) Ahli Gizi Masyarakat; 2) Jurnalis Senior Harian Kompas; 3) Praktisi Zero Waste dan 4) CEO of Garda Pangan.