JAKARTA - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menekankan pentingnya memperkuat penganekaragaman pangan berdasarkan kearifan lokal di seluruh Indonesia dalam sambutannya pada acara Hari Krida Pertanian. Selain beras, masih banyak makanan pokok lain yang dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai daerah.
"Ke depan penting keanekaragaman pangan, itu suatu kearifan lokal yang perlu kita perkuat. Di NTT, Papua, perbatasan Indonesia-Malaysia, dan sebagainya masih lebih cenderung mengonsumsi makanan pokok khasnya ketimbang beras," ujar Mentan saat memberikan sambutan pada Upacara Peringatan Hari Krida Pertanian di Jakarta, Senin (22/6).
Mentan menjelaskan, diversifikasi pangan merupakan bagian dari upaya memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Pasalnya, masyarakat tertentu bukan konsumen beras, karena itu pangan lokal mereka juga perlu ditingkatkan produksinya agar kebutuhan pangan mereka juga terpenuhi. Penganekaragaman pangan akan dilakukan dengan melihat potensi masing-masing daerah.
"Pemetaannya kita melihat wilayah. Misalnya kalau Sulsel itu sagu, perbatasan Riau juga sagu. Kalau di Papua itu umbi-umbian. Jadi kita kembangkan berdasarkan keungulan komparatif dan budaya masyarakat setempat," paparnya.
Diversifikasi pangan, dia menambahkan, juga suatu bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal di daerah-daerah. Mentan berjanji tidak akan hanya fokus meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai, tapi juga pangan lokal seperti sagu, umbi-umbian, dan sebagainya.
"Tahun ini kita anggarkan. Bukan fokus ke pajale (padi jagung kedelai) saja," tukasnya.
Dengan kekayaan potensi pangan lokal ini, Mentan yakin Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri.
"Dengan potensi pertanian dan kekuatan rakyat yang sangat besar, maka Presiden Jokowi menetapkan kebijakan bahwa Indonesia harus menjadi negara yang berdaulat di bidang pangan," pungkasnya.
Sumber: Biro Umum dan Humas