Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama dengan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap Program Rumah Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) di Desa Aluh Aluh Besar, Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjar. Program ini difokuskan pada peningkatan gizi balita kurang gizi di desa tersebut guna menurunkan angka stunting secara signifikan.
Kegiatan monev ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar, Camat Aluh Aluh, Kepala Desa Aluh Aluh Besar, Tim Penggerak PKK Kecamatan dan Desa Aluh Aluh Besar, Babinsa, serta Petugas Puskesmas setempat.
Dalam laporannya, Kepala Desa Aluh Aluh Besar, Harun, menjelaskan bahwa program pemberian makanan tambahan (PMT) di Rumah Pangan B2SA telah dilaksanakan sebanyak 17 kali, dengan sasaran 40 balita kurang gizi. Program ini dijadwalkan berlangsung hingga November 2024 dengan frekuensi pemberian makanan 4 kali dalam seminggu, dan akan terus berlanjut dengan dukungan dana desa yang telah dipersiapkan.
“Program ini jelas membantu kami dalam menurunkan angka stunting. Dalam dua tahun terakhir, Desa Aluh Aluh Besar berhasil turun dari peringkat pertama sebagai desa dengan angka stunting tertinggi di Kecamatan Aluh Aluh, kini menjadi peringkat kelima dari 19 desa,” ungkap Harun. Ia juga berharap dengan bantuan yang terus diberikan, desa ini dapat mencapai target zero stunting di tahun mendatang.
NFA mengajak masyarakat Desa Aluh Aluh Besar untuk memanfaatkan bantuan ini secara optimal. Masyarakat diharapkan memahami pentingnya konsumsi pangan B2SA dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bagian dari edukasi yang telah diberikan oleh petugas puskesmas dan ahli gizi. “Edukasi yang kami berikan harus diterapkan di rumah tangga, bukan hanya selama program ini berjalan. Kesadaran untuk menerapkan konsep B2SA harus terus ditingkatkan,” tegas Rinna Syawal selaku Plh. Deputi Penganekaragan Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA.
Sebagai bagian dari penguatan konsep “Isi Piringku” yang diusung dalam program B2SA, NFA juga berharap agar para pendamping di desa dapat menyampaikan pengetahuan ini dengan cara yang mudah dipahami dan aplikatif oleh masyarakat.
Ketua TP PKK Desa Aluh Aluh Besar menyatakan komitmennya untuk mendukung program ini sesuai dengan arahan yang diberikan, salah satunya dengan membuat variasi menu makanan B2SA yang lebih disukai dan mudah dikonsumsi oleh anak-anak balita. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan balita terhadap makanan sehat dan bergizi.
Selain itu, Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar menegaskan bahwa pihaknya akan terus berkolaborasi dengan TP PKK, ahli kuliner, dan chef lokal untuk menciptakan menu B2SA yang lebih bervariasi dengan memanfaatkan potensi bahan pangan lokal. “Kami akan berupaya agar masyarakat dapat terus menikmati pangan lokal dengan cara yang lebih inovatif namun tetap mempertahankan nilai gizi yang sesuai dengan standar B2SA,” ujarnya.
Rinna juga menyampaikan apresiasinya terhadap komitmen Desa Aluh Aluh Besar dalam melaksanakan program B2SA untuk mengatasi stunting. "Kami melihat bahwa desa ini telah membuat langkah yang sangat baik dalam memanfaatkan Program Rumah Pangan B2SA untuk memperbaiki status gizi anak-anak balita. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah daerah, PKK, dan masyarakat, kami optimis angka stunting di desa ini dapat terus menurun hingga mencapai target zero stunting," ujar Rinna.
Ia menegaskan pentingnya keberlanjutan program ini. “Selain memastikan ketersediaan pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, kami juga berharap agar edukasi yang diberikan terkait pola makan sehat ini dapat terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang sesuai dengan standar B2SA merupakan kunci untuk mencapai generasi yang lebih sehat dan berkualitas,” tambahnya.
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi desa-desa lain dalam menerapkan program serupa untuk mengatasi permasalahan stunting dan gizi buruk. Dukungan berkelanjutan dari Badan Pangan Nasional, pemerintah daerah, serta komitmen masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan program ini.
NFA terus mendorong penerapan pola makan sehat, dengan harapan bahwa program ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta menurunkan angka stunting di seluruh wilayah Indonesia.