Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional (NFA), Rinna Syawal, memberikan High Level Remark pada acara Blue Food Forum 2024, yang berfokus pada transformasi pangan akuatik serta peluncuran Blue Food Assessment Report di Indonesia. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas pada Kamis (10/10) di Jakarta.
Dalam sambutannya, Rinna Syawal menyatakan bahwa pangan akuatik menjadi salah satu strategi kunci untuk mencapai kemandirian pangan Indonesia. Dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat, pangan akuatik dinilai sebagai solusi potensial bagi tantangan ketersediaan pangan yang dihadapi oleh negara.
“Dengan keterbatasan produksi dalam negeri, kenaikan harga pangan, dan penurunan daya beli masyarakat, pangan akuatik atau blue food dapat menjadi sumber pangan berkelanjutan yang tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan pangan tetapi juga meningkatkan kualitas gizi masyarakat,” ujar Rinna.
Pangan akuatik, lanjutnya, memiliki kandungan protein dan mikronutrien yang tinggi. Namun, konsumsi protein masyarakat Indonesia saat ini masih didominasi oleh protein nabati (64%), sementara protein hewani, termasuk dari pangan akuatik, hanya mencapai 36%. Dengan demikian, pangan akuatik dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani yang masih rendah di Indonesia.
Sebelumnya, Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa dalam pidato pembukaannya menggarisbawahi empat poin penting dalam transformasi pangan akuatik pertama, pengembangan pangan akuatik perlu diafirmasi menjadi bagian penting dalam transformasi system pangan nasional di negara kepulauan seperti Indonesia. Kedua, sistem produksi pangan akuatik perlu dilakukan dengan lebih efisien, berdaya saing produktif berkelanjutan dan inklusif.
Berikutnya ketiga yakni pola konsumsi pangan akuatik perlu ditingkatkan dan menjadi preferensi dalam pemenuhan gizi masyarakat khususnya di daerah-daerah pesisir, dan ke empat, transformasi pangan akuatik mencakup perbaikan tata Kelola kebijakan penguatan kemitraan strategis dan program yang terintegras.
Selain memberikan remarks, Rinna Syawal juga menjadi salah satu narasumber dalam sesi talkshow yang membahas urgensi pangan akuatik dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam sesi tersebut, Rinna menyampaikan bahwa konsumsi ikan di Indonesia masih didominasi oleh wilayah timur dan pesisir. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mendorong peningkatan permintaan di wilayah lain, melalui insentif harga, edukasi manfaat kesehatan, inovasi produk, serta perbaikan infrastruktur distribusi.
“Kolaborasi berbagai pihak dari hulu hingga hilir sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing pangan akuatik,” tambah Rinna.
Beberapa narasumber lainnya yang hadir dalam diskusi ini antara lain Pungkas Bahjuri Ali, Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian PPN/Bappenas, Dr. Budi Sulistyo, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, serta Yogie Arie dari PT Berikan Teknologi Industri.
#badanpangannasional #nationalfoodagency #bapanas #NFA #pangankuatindonesiaberdaulat #penganekaragamanpangan #panganakuatik #bluefood