Pemerintah terus melakukan program intensifikasi dan optimalisasi lahan untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan berkelanjutan. Dengan ketersediaan pupuk yang cukup, peningkatan indeks pertanaman dan optimalisasi lahan diharapkan produksi pangan nasional dapat memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia.
Hal ini mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Membangun Sistem Kebijakan Pupuk Subsidi yang Lebih Adaptif dan Efektif Demi Menjaga Ketahanan Pangan Nasional yang digelar di Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Dalam paparan nya selaku narasumber pada FGD tersebut, Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional Sarwo Edhy mengungkapkan pupuk sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian, dengan kontribusi sekitar 62%. Data kebutuhan pupuk disusun dari tingkat desa hingga pusat, dan alokasi ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
“Saat ini, kebutuhan pupuk sekitar 23 juta ton, namun pemerintah hanya menyiapkan sekitar 4,5 juta ton, yang kemudian ditambah menjadi 9 juta ton,” ungkap Sarwo.
Menurutnya dalam kondisi demikian yang penting adalah ketersediaan pupuk pada saat dibutuhkan. Untuk itu Pupuk Indonesia terus gencarkan program mendirikan 26.000 kios pupuk yang diharapkan menjadi solusi bagi ketersediaan pupuk. Jika pupuk subsidi terbatas, maka di kios-kios harus tersedia pupuk non-subsidi, ungkapnya.
“Indonesia memiliki lahan rawa lebak seluas 17 juta hektare yang belum dimanfaatkan. Jika 5 juta hektare lahan ini dioptimalkan, Indonesia bisa menghidupi hingga 500 juta jiwa. Selain itu, terdapat lahan tidur seluas 12 juta hektare dan lahan pekarangan seluas 10 juta hektare yang juga perlu digarap,” ungkapnya.