Kerawanan Pangan adalah kondisi tidak terpenuhnya pangan bagi suatu wilayah dan perorangan yang tercermin dari ketidakcukupan pangan baik jumlah dan mutu pangan serta aspek keterjangkauannya. Pencegahan kerawanan pangan salah satunya menggunakan pangan yang tidak bertentangan dengan keyakinan dan budaya masyrakat sehingga mewujudkan masyarakat sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Pengendalian Kerawanan Pangan Badan Pangan Nasional Rachmad Firdaus yang berkesempatan menjadi narasumber di acara diskusi Polemik Trijaya FM berjudul "Cuaca Ekstrim dan Kerawanan Pangan" disiarkan secara langsung di media Youtube Trijaya FM pada Sabtu (24/06/2023).

Pada kesempatan tersebut selain menanggapai permasalahan cuaca ekstrim yang berefek pada kerawanan pangan, Rachmad juga menyampaikan kondisi pangan terkini masyarakat seluruh wilayah di Indonesia.

"Berdasarkan data prognosa pangan tahun 2023 yang bersumber dari BPS, Kementan, Kemenkoperekonomian, serta Badan Pangan Nasional kondisi pangan masyarakat kita sejauh ini stok dan harga masih relatif aman namun masih ada beberapa komoditas yang pemenuhannya masih kurang." ujar Rachmad

Selain itu menanggapi kerawanan pangan, Rachmad menerangkan Badan Pangan Nasional telah ada melalukan beberapa upaya identifikasi kerawanan pangan melalui indikator wilayah menggunakan Food Security & Vulnerability Atlas (FSVA).

"Setiap tahun NFA menyusun Food Security & Vulnerability Atlas (FSVA) atau peta ketahanan dan kerentanan pangan dimana unit analisis ini terletak di seluruh Kabupaten/Kota untuk mengetahui daerah-daerah yang rentan pangan se-Indonesia." 

Acara ini juga dihadiri oleh beberapa narasumber diantaranya Koordinator Bidang Analis Variabelitas Iklim BMKG Supari, Koordinator Laboratorium Pengelolalaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN Budi Harsoyo, Anggota Komisi IV DPR RI Bidang Pertanian Daniel Johan, dan Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Abdul Hamid.