Sebagai bentuk transfer knowledge dalam hal implementasi langkah-langkah antisipatif di bidang pangan guna menghadapi situasi global, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan secara hybrid seminar nasional bertajuk ‘Strategi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Nasional Pada Situasi Perubahan Iklim dan Gejolak Supply Pangan Dunia’. Diskusi ini berlangsung di Jakarta pada Selasa (7/11/2023) dengan menghadirkan narasumber yang berasal dari lintas instansi.
Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) NFA Maino Dwi Hartono menuturkan situasi global telah memunculkan berbagai tantangan yang menyasar pula ke dalam sektor pangan. Sementara masalah pangan merupakan salah satu pondasi penting bagi suatu bangsa.
“Dampak El Nino diperkirakan masih akan terus berlangsung sampai Februari 2024. Dengan ini kita perlu mewaspadai dinamika global misalnya adanya pembatasan ekspor oleh sejumlah negara. Lalu penurunan produksi pangan akibat kekeringan juga harus menjadi perhatian. Beberapa kondisi tersebut membuat kita harus berupaya keras melakukan berbagai langkah strategis dalam stabilisasi pasokan dan harga pangan, utamanya beras,” urai Maino.
“Dalam melaksanakan perannya, NFA lebih ke adjustment. Berdasarkan pengalaman kami, misal harga beras naik 5 persen saja, itu masyarakat sudah bergejolak, sehingga langkah-langkah intervensi harus segera dilakukan. Sebagaimana yang kerap Bapak Kepala NFA Arief Prasetyo Adi katakan bahwa kunci utama ada di ketersediaan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Ini karena tiap komoditas punya masing-masing strategi cara pengendaliannya. Jadi jika pemerintah punya stok yang mumpuni, akan lebih mudah melakukan intervensi. Untuk itu, dari hulu sampai hilir pasti ada catatan dan mari bersama-sama kita saling menyelesaikannya,” pungkas Direktur SPHP NFA.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Kelompok Substansi Stabilisasi Harga Pangan NFA Jan Piter Sinaga yang menjadi salah satu narasumber menjelaskan berbagai kegiatan strategis yang telah diimplementasikan NFA guna mengendalikan inflasi pangan. “Kita gencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM) bersama pemerintah daerah dan ini didukung oleh Bapak Menteri Dalam Negeri. Lalu penyaluran beras SPHP juga terus kita masifkan ke berbagai lini pasar. Ini telah kita salurkan sampai 898 ribu ton dan terus kita dorong bersama Bulog agar harga beras di masyarakat juga dapat terkendali,” papar Jan Piter.
Sementara Kepala Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler BRIN Umi Karomah Yaumidin memaparkan hasil penelitian tentang pengaruh stabilitasi pasokan dan harga beras terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dan inflasi. “Hasil kajian kami, terkait dampak terhadap inflasi, bahwa Kebijakan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) dan HET (Harga Eceran Tertinggi) merupakan instrumen penting bagi pemerintah untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga. Penerapan kebijakan ini disarankan disesuaikan secara berkala. Kebijakan HPP dan HET masih relevan dalam memberikan insentif produksi petani dan sinyal kepada pemerintah untuk menentukan acuan harga,” beber Umi.
Turut hadir dalam seminar nasional hari ini antara lain Kepala Organisasi Riset Tata Kelola, Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat Agus Eko Nugroho, Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Sudi Mardianto, Periset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) BRIN Aris Pramudia, dan planner di Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Ifan Martino. Sebagai moderator pada seminar nasional kali ini diampu oleh Prof. Dr. Benny Rachman.
