Sebagai wujud partisipasi aktif dalam perumusan dan pembahasan program, anggaran dan kebijakan strategis pembangunan pertanian dalam arti luas di forum multilateral, Indonesia telah mengikuti Sidang FAO Council 149, pada tanggal 16-20 Juni 2014, di Roma, Italia. Sidang ini memiliki arti khusus bagi Indonesia, mengingat sidang ini adalah sidang terakhir Indonesia sebagai anggota Dewan FAO periode 2011-2014. Posisi Indonesia akan digantikan oleh Filipina dan Indonesia akan kembali masuk menjadi anggota Dewan FAO pada tahun 2017.
Delegasi RI diketuai oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan, dengan anggota Delri terdiri dari unsur Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan dan unsur KBRI Roma. Unsur Kementerian Pertanian mencakup Pusat Kerja Sama Luar Negeri Setjen Kementerian Pertanian dan Sekretariat Badan Ketahanan Pangan.
Sebanyak 12 Menteri, 7 Wakil Menteri, dan 49 negara anggota Dewan FAO hadir pada sidang dimaksud termasuk negara anggota FAO lainnya dalam kapasitas sebagai peninjau (observer). Pertemuan dibuka oleh Direktur Jenderal FAO, Dr. José Graziano da Silva, dan selanjutnya dipimpin oleh Mr. Wilfred Ngirwa, Independent Chair of the FAO Council.
Posisi Indonesia dan Hasil Sidang FAO Council 149
Pada kesempatan ini, terkait pembahasan hasil sidang regional di Asia dan Pasifik, Indonesia secara khusus menekankan bahwa Ulanbator Communique sebagai keluaran penting dan strategis dari pertemuan tersebut. Di dalam komunike tersebut, Para Menteri Pertanian se-Asia Pasifik menekankan komitmen untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui upaya yang intensif dalam peningkatan produktivitas pertanian dan mendukung pelaksanaan empat inisiatif regional, yang mencakup Zero Hunger Challenge in Asia and the Pacific; Regional Rice Initiative Phase II; Blue Growth; dan Developing Local Value Chains for Food Security and Nutrition in the Pacific Island Countries. Selanjutnya Indonesia mengangkat bahwa beras merupakan pangan pokok penting bagi sebagian besar negara Asia sehingga perlu terus dijadikan prioritas kawasan. Untuk itu, FAO diharapkan dapat terus mendukung upaya peningkatan produksi beras yang berkelanjutan serta dilengkapi dengan upaya pencapaian ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan.
Pada pembahasan agenda program, anggaran dan keuangan, Indonesia mengapresiasi kolaborasi yang baik antara Three Rome-based Agencies dalam memformulasikan agenda pembangunan pasca-2015. Selanjutnya Indonesia juga merekomendasikan agar penyusunan RAI (Responsible Agriculture Investment) ke depannya dapat menjadi katalisator peningkatan investasi bidang pertanian, khususnya di negara berkembang. Selain itu, Indonesia juga menekankan agar FAO memberikan perhatian terhadap peningkatan defisit anggaran sebesar USD 938.3 juta pada tahun 2012, yang meningkat sebesar USD 296 juta dibandingkan tahun sebelumnya.
Terkait proses drafting political outcome document ICN2 (2nd International Conference on Nutrition), Indonesia menyampaikan bahwa proses negosiasi yang sedang berlangsung saat ini melalui mekanisme spokesperson/perwakilan regional belum cukup untuk menampung pandangan dan masukan negara anggota secara terbuka, transparan dan inklusif. Sekretariat FAO diharapkan dapat memanfaatkan dengan baik penyelenggaraan open-ended working group (OEWG) pada bulan September 2014 sebagai forum bagi negara-negara anggota secara langsung menyampaikan pendapat dan posisinya terhadap dua dokumen ICN2 yaitu (i) draft political outcome document dan (ii) draft framework for action. Intervensi Indonesia ini mendapatkan dukungan kuat dari Jepang, Filipina, Meksiko dan kelompok negara Amerika Latin. Indonesia memandang ICN2 sebagai forum penting setelah 22 tahun yang lalu Konperensi Internasional tentang Gizi (ICN) pertama diselenggarakan pada tahun 1992 di Roma, Italia.
Selain itu, dalam agenda lainnya terdapat presentasi terkait cuaca ekstrim tahun 2014 oleh Global Information and Early Warning System (GIEWS) di bawah Divisi Perdagangan dan Pasar FAO. Dalam presentasi tersebut disampaikan bahwa kondisi kering akibat efek El-Nino selama bulan April-September 2014 dan Oktober 2014-April 2015 akan dialami oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia dan Filipina.
Rekomendasi Tindak Lanjut
Pemri perlu segera melakukan koordinasi yang lebih intensif antar seluruh pemangku kepentingan terkait dalam mempersiapkan keikutsertaan Delri pada: a) Pertemuan high level meeting on ICN2 (19-21 November 2014), khususnya pembahasan draft zero political outcome dan plan of action yang selama ini telah melibatkan unsur Kementerian Pertanian (Badan Ketahanan Pangan), Kementerian Luar Negeri (Ditjen Multilateral) dan Kementerian Kesehatan (Ditjen Bina Gizi dan KIA; b) Sidang Committee on Food Security (CFS) (13-18 Oktober 2014) membahas tentang finalisasi penyusunan Draft Responsible Agriculture Investment agar secara konsisten mengedepankan peran dan perlindungan bagi petani kecil; dan 3) Pertemuan Tingkat Menteri “International Food Prices” dengan tema “Governance in International Agricultural and Food Markets” di bulan Oktober 2014