Percepatan Diversifikasi Pangan Lokal Untuk Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional

Pemanfaatan pangan lokal secara masif dinilai mampu memberikan kontribusi positif untuk memperkuat kedaulatan pangan nasional. Ajakan ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan termasuk dari kalangan DPR RI yang dihadiri Wakil Ketua Komisi VII Herman Khaeron dan Kepala BKP Kementan Agung Hendriadi, Staf ahli Mentan Garjita Budi, serta dihadiri juga oleh Kepala BPPT yang diwakili oleh Prof Dr,Eng Eniya Listiani Dewi, di Aula Balitbangtan Kementan pasar Minggu jakarta Selatan, Selasa (24/10/2017). Diskusi pagi itu dalam bentuk talkshow menekankan pentingnya membumikan program Diversifikasi pangan di Indonesia. Gerakan ini memang tidak mungkin cepat terlihat hasilnya,tetapi juga tidak cukup hanya diampaikan dalam bentuk pameran aneka olahan makanan atau kontes resep masakan pangan lokal. Balitbangtan Kementan ditantang untuk dapat mewujudkan beberapa kawasan Diversifikasi pangan yang dapat dijadikan sebagai model gerakan Diversifikasi pangan kedepan. "Inovasi teknologi maupun formula rekayasa sosial yang ada dapat dicoba untuk diterapkan pada wilayah yang disasar sehingga dapat terbentuk kawasan Diversifikasi pangan yang ideal sesuai budaya setempat. Juga dapat menjadi acuan pengembangan kawasan dilokasi lain. Seperti di daerah Demak dan daerah larantuka NTT Diversifikasi pangan berbasis sorgum. Juga di papua dengan pangan lokal dari sagu serta pangan lokal ubi kayu di Cimahi. Pada talkshow pagi itu terungkap, pengembangan model kawasan Diversifikasi pangan menjadi komitmen riset pangan di BPPT dan berbagai inovasi teknologi telah dihasilkan BPPT terutama perekayasaan alsin pegelolaan sagu. Balitbangtan dan BPPT perlu melakukan sinergi yang kuat untuk keberhasilan program Diversifikasi pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia. Pada acara talkshow pagi itu,Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi mengatakan, Kementerian Pertanian RI, siap menjalankan program diversifikasi pangan pada 2018 mendatang. "Mulai 2018 kami mulai gerakkan kembali diversifikasi pangan, selama ini hanya kampanye saja," tegas Agung pada wartawan JakartanewsOn usai acara Diversifikasi pangan di Badan Litbang Kementan. Agung mengatakan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah memberikan perintah agar diversifikasi pangan bisa dilaksanakan pada 2018 mendatang. "Ada roadmapnya, kami punya target kira-kira 16 provinsi yang mempunyai potensi pangan lokal dan itu yang akan kami angkat," kata Agung Hendriadi. Deputi BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Eniya Listiani Dewi. Menambahkan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus mendorong industrialisasi diversifikasi pangan melalui inovasi. Contoh yang telah dilakukan, mengembangkan teknologi untuk jagung dan kedelai di Grobogan, Jawa Tengah. "Dulu UMKM buat diversifikasi pangn kecil-kecil per kelompok dan tidak berstandar. Kita kumpulkan supaya berstandar dan jadj industri menengah dan besar,"kata Eniya Listiani Dewi saat diskusi pagi itu di kantor Balitbangtan Kementan. BPPT melalui Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) di Lampung Tengah pun telah mengembangkan beragam produk olahan dari singkong. Selain makanan, B2TP turut memproduksi obat pilek. "masih banyak upaya BPPT lainnya dalam menggalakkan diversifikasi pangan dan industrialisasinya, termasuk soal komoditas yang diolah. Misalnya, olahan kedelai yang menghasilkan protein guna memaksimalkan penyerapannya oleh tubuh. Bahkan kata Eniya Listiani Dewi, hasil olahan kedelai tersebut bisa menjadi panganan di kondisi darurat. Kala bencana, misalnya. Kemenko PMK pun pernah meminta BPPT mendistribusikan hasil olahan kedelai itu ke daerah bencana. "Bekerja sama dengan daerah, pemda, kita juga berikan satu produk pangan fungsional," tambahnya. BPPT kata Eniya Listiani Dewi pihaknya mendorong transfer teknologi demi mengembangkan usaha. Malah, ada BUMN yang siap memberikan royalti sebesar 15 persen. Diharapkan penawaran tersebut mendorong peneliti dan perekayasa untuk produktif. Eniya Listiani Dewi juga mengatakan, sangat bersyukur terhadap kebijakan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, pro diversifikasi pangan. Dia berharap Kementerian Pertanian (Kementan) dan BPPT bisa bersinergi dalam isu diversifikasi pangan. Salah satunya, mendorong peningkatan konsumsi protein hewani dari ternak," katanya. Pada acara Diskusi yang sama pagi itu,Herman Khaeron wakil ketua Komisi VII DPR RI yang juga senior politisi Partai Demokrat mengatakan, instrumen menuju diversifikasi pangan tidak mudah. Alasannya, berasinasi menghantui Indonesia. Akibatnya, hampir seluruh penduduk kini mengonsumsi beras. "Ini menakutkan," katanya. Padahal kata Herman Khaeron,logistik yang membantu para pejuang di era penjajahan merupakan pangan non-beras. Soalnya, para gerilyawan umumnya berada di dataran tinggi, sehingga tak mungkin menanam padi. "Tapi, sesuai keanekaragaman pangan lokal," sambung dia. Meski demikian kata Herman Khaeron, dirinya menyatakan dukungannya terhadap gerakan diversifikasi pangan yang diusung Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah kepemimpinan Menteri Andi Amran Sulaiman. "Saya berikan apresiasi kepada Pak Menteri untuk capaian diversifikasi hingga 4 persen," akunya. Adapun beberapa pertimbangan Herman Khaeron legislator asal daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat VIII itu mendukung diversifikasi pangan. Pertama, menghemat konsumsi beras hingga 20 ton per tahun, bila tiap orang tak mengonsumsi beras satu kali setiap harinya. "Sudah, urusan beras amanlah," yakinnya. Kedua, menjadi alternatif pendapatan bagi masyarakat. Soalnya, pangan pengganti beras, seperti pisang, ubi, dan ketela pohon mudah ditanam serta bisa diolah menjadi aneka ragam produk. Untuk membudidayakannya pun tak memerlukan lahan luas serta pengelolaannya cukup mudah. Sumber: Jakarta News

BADAN PANGAN NASIONAL  
Sejak 25/01/2023
Kantor
Jalan Harsono RM No.3, Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12550
(021) 7807377
nfa_official@badanpangan.go.id
Media Sosial
Tautan Terkait
Kementerian Pertanian
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Perdagangan
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Badan Pusat Statistik
Badan Informasi Geospasial
Perum BULOG
ID FOOD
Copyright © 2024 Badan Pangan Nasional. All Rights Reserved.