Produk Rekayasa Genetik (PRG)/Genetically Modified Organism (GMO) merupakan salah satu hasil pemanfaatan bioteknologi modern yang dapat menjadi alternatif teknologi untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, baik dalam hal produksi,  penganekaragaman pangan, dan penanganan kerawanan pangan dan gizi serta meningkatkan mutu dan keamanan pangan.  

Oleh karena itu, penerapan teknologi rekayasa genetik perlu mendapatkan perhatian semua stakeholder baik lembaga riset, pengambil kebijakan, termasuk BUMN Pangan, pelaku usaha, masyarakat dan petani.

Hal ini disampaikan Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Badan Pangan Nasional/NFA Yusra Egayanti dalam Webinar Talk to Scientists yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa 30 Januari 2024 secara online, dengan tema Genetically Modified Organism (GMO): Perkuat Ketahanan Pangan Nasional.

Yusra mempertegas bahwa NFA mendukung riset dan pemanfaatan teknologi PRG sebagai salah satu upaya mendukung ketahanan pangan. Produk  PRG menjadi alternatif solusi dalam menjawab dinamika lingkungan strategis, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, kondisi geografis,  kerawanan pangan dan gizi. 

PRG harus melalui tahapan pengkajian keamanan hayati PRG sebelum diedarkan,   mencakup keamanan pangan, keamanan pakan dan keamanan lingkungan,” ungkap Yusra.

Beberapa varietas tanaman PRG  telah mendapatkan izin pelepasan di Indonesia, antara lain jagung,   kentang dan  tebu. Semoga komoditas pangan lain hasil inovasi anak bangsa akan terus berkembang untuk perkuat ketahanan pangan nasional.

Perlu sinergi dan kolaborasi semua stakeholder untuk mendorong  riset dan hilirisasi PRG untuk mendukung ketahanan pangan.

 Diharapkan upaya ini dapat meningkatkan produksi dan daya saing produk, mendukung diversifikasi, keamanan dan mutu pangan untuk  mencapai Pangan Kuat, Indonesia Berdaulat.