Kulonprogo – Sektor pertanian terbukti mampu bertahan dari dampak pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari rilis BPS baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mengalami kenaikan di tengah terjadinya kontraksi perekonomian pada triwulan kedua 2020.
Namun ancaman terjadinya krisis pangan global tentu harus terus diwaspadai mengingat hingga saat ini pandemi masih terus berlangsung.
Terkait hal itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi menyatakan bahwa ketahanan pangan harus dibangun melalui kemandirian dan kedaulatan pangan, yang mampu memproduksi pangan dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
”Seringkali disampaikan Pak Mentan Syahrul Yasin Limpo bahwa tidak boleh 267 juta penduduk Indonesia ada yang mengalami kelaparan. Artinya apa, kita harus menjamin bahwa setiap individu harus hidup sehat aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Oleh karena itu, kita harus bangun ketahanan pangan kita berdasarkan kemandirian dan kedaulatan pangan,” ungkapnya dalam sebuah diskusi daring.
Agung menyebut pendekatan pertanian keluarga penting untuk dilakukan agar setiap keluarga mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri.
“Kegiatan pekarangan pangan lestari dan pertanian keluarga akan memicu masyarakat untuk mandiri dalam memenuhi sebagian kebutuhan pangannya, bahkan dapat menambah pendapatan sehingga ini bisa berkelanjutan, mereka akan terus menanam untuk menjadi sumber pendapatan ekonomi mereka, ujar Agung.
Desa Purwosari Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulonprogo Provinsi DI Yogyakarta merupakan salah satu lokasi penerima kegiatan pertanian keluarga. Masyarakat yang tergabung dalam Gapoktan Agro Makmur di desa ini telah melakukan aktifitas pertanian berupa ternak kambing dan bertanam sayuran. Ketua Gapoktan, Dwi Widiyanto mengungkapkan, tidak kurang dari 89 ekor kambing PE dibudidayakan, dan juga bertanam berbagai jenis sayuran seperti bawang merah, terong, dan buncis.
“Saya bisa merasakan besarnya semangat temen-temen petani di desa ini dalam berusahatani” ujar Andriko Noto Susanto, Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawananan Pangan saat berkunjung di desa Purwosari, pada Jumat (21/8).
Dalam kesempatan yang sama Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Aris Nugroho menyebutkan bahwa sayuran yang dihasilkan selain untuk memenuhi konsumsi nantinya akan dihubungkan dengan e-warung untuk memasok Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kabupaten Kulonprogo.
Hal ini sejalan dengan Program “Bela Beli Kulonprogo” dimana kebutuhan konsumsi harus dipasok dari produksi para petani di wilayah Kulonprogo. “Sayuran yang dihasilkan selain untuk dikonsumsi, nantinya akan kami hubungkan ke e-warung untuk memasok BPNT di kabupaten Kulonprogo”, Sebut Aris.
Pada hari yang sama Andriko juga mengunjungi lokasi pertanian keluarga di Desa Jogoresan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.
“Saya berharap bantuan pemerintah melalui pertanian keluarga ini dapat menambah semangat kepada para petani di desa ini untuk terus melakukan aktivitas usahataninya” ujar Andriko
“Meskipun di tengah pandemi Covid-19 aktivitas uasahatani tidak boleh berhenti, karena kebutuhan pangan tetap harus dipenuhi,” tambahnya.
Mahrus, ketua Gapoktan Dadi Makmur Desa Jogoresan mengungkapkan bahwa bantuan dari pemerintah melalui kegiatan Pertanian Keluarga dimanfaatkan oleh gapoktan untuk melakukan budidaya kambing domba sebanyak 35 ekor, kambing sebanyak 18 ekor, cabai seluas 7,8 ha, melon seluas 4,17 ha dan pisang seluas 0,25 ha.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Pertanian, karena sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan ini” kata Mahrus.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Wasit Diono menyatakan bahwa pemerintah daerah melalui dinas yang dipimpinnya akan terus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para petani.
Lebih lanjut, Andriko berpesan bahwa kegiatan ini harus berhasil dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para penerima manfaat. Ukuran keberhasilannya yaitu ada penambahan luas tanam, penambahan jumlah ternak yang dibudidayakan, penambahan pendapatan dan modal kelompok serta berkelanjutan.