Pemerintah terus mendorong penguatan potensi pangan lokal dan diversifikasi konsumsi pangan sebagai bagian dari strategi besar mewujudkan sistem pangan nasional yang lebih tangguh, mandiri, dan berkelanjutan. Langkah ini dinilai penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras dan bahan pangan impor, sekaligus menjawab tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis pangan dunia.
Potensi Indonesia sebagai negara megabiodiversitas menjadi modal utama dalam mendukung transformasi sistem pangan. Sumber daya alam yang melimpah termasuk umbi-umbian, jagung, sagu, dan aneka kacang-kacangan—memiliki nilai gizi tinggi dan dapat menjadi pilihan konsumsi masyarakat yang lebih sehat dan beragam.
Dalam Training Workshop: Leveraging Governance and Cross Institutional Coordination for Agrifood Systems Transformation in Indonesia yang diselenggarakan oleh FAO di Jakarta, Rabu (7/5/2025), Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional (NFA), Rinna Syawal, menegaskan bahwa diversifikasi pangan adalah strategi kunci dalam memperkuat ketahanan pangan Indonesia di tengah dinamika global.
“Dengan menggali dan memanfaatkan sumber daya lokal seperti umbi-umbian, jagung, sagu, dan berbagai jenis kacang-kacangan, kita tidak hanya memperkuat ketahanan pangan tetapi juga memberdayakan ekonomi masyarakat di daerah,” ujar Rinna.
NFA telah melaksanakan berbagai program untuk mendorong diversifikasi konsumsi pangan, mulai dari pengembangan lumbung pangan desa, pelatihan pengolahan pangan lokal, hingga kampanye edukasi gizi berbasis pangan non-beras. Di sejumlah daerah, inovasi olahan pangan lokal mulai banyak bermunculan, menunjukkan perubahan positif dalam pola konsumsi masyarakat.
Meski demikian, tantangan tetap menghadang, terutama dalam distribusi produk lokal, pemasaran, serta budaya konsumsi masyarakat yang masih terfokus pada pangan pokok tertentu. Untuk itu, sinergi antarsektor pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat dianggap sangat penting.
“Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya soal mengubah pola makan, tapi juga membuka ruang ekonomi baru melalui pengembangan UMKM, inovasi produk lokal, dan pembentukan pasar pangan alternatif,” tambah Rinna.
Dihubungi secara terpisah, Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa penguatan pangan lokal adalah bagian dari visi besar Indonesia untuk mencapai kedaulatan pangan.
“Kita memiliki semua potensi mulai alam, budaya, dan inovasi. Tinggal bagaimana seluruh elemen bangsa bergerak bersama, mengambil peran, dan menjadikan pangan lokal sebagai kebanggaan serta kekuatan nasional,” tegas Arief.
Dengan kolaborasi yang berkelanjutan, NFA optimistis Indonesia dapat membangun sistem pangan nasional yang tidak hanya tahan guncangan, tetapi juga menyejahterakan masyarakat dan mencerminkan identitas bangsa.