BANDUNG – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus mendorong diversifikasi pangan dengan membangun kemitraaan strategis dengan berbagai pihak dalam pengembangan sorgum sebagai alternatif pangan dan sumber energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto, menyatakan bahwa sorgum memiliki potensi besar untuk menjadi solusi ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang terlebih menghadapi berbagai tantangan seperti perubahan iklim.
"Sorgum dipilih sebagai salah satu fokus utama karena kemampuannya beradaptasi dengan kondisi lingkungan ekstrem, seperti tanah kering dan cuaca panas. Selain itu, sorgum juga kaya akan nutrisi dan dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang berkualitas. Ketergantungan Indonesia pada beras sebagai pangan pokok sering kali menjadi tantangan bagi ketahanan pangan nasional. Dengan adanya pengembangan sorgum, diharapkan dapat memberikan alternatif yang lebih berkelanjutan dan beragam bagi masyarakat," ungkap Andriko sesuai penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan Pangan Nasional dengan PT Dirgantara Indonesia, Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Bahan dan Barang Teknik (BBSPJIBBT) Kementerian Perindustrian, Paguyuban Pasundan, dan Universitas Pasundan (Unpas) di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (24/8/2024).
Dengan adanya sinergi ini, diharapkan dapat tercipta langkah-langkah inovatif yang akan memperkuat ketahanan pangan dan kemandirian energi Indonesia di masa depan.
"Dengan nota kesepahaman ini, kita berharap dapat mewujudkan ketahanan pangan yang tidak hanya mengandalkan satu jenis pangan pokok, tetapi juga memanfaatkan keragaman pangan yang ada di Indonesia. Sorgum adalah salah satu solusi yang bisa kita andalkan," ujar Andriko.
Sorgum diyakini memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan karena kemampuan tanamannya yang adaptif. Di sisi lain, sorgum juga dapat diolah menjadi energi baru terbarukan (EBT), seperti bioetanol, biogas, dan biomassa, yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang mendorong diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Adapun nota kesepahaman ini mencakup beberapa aspek penting, antara lain pengembangan kebijakan nasional yang mendukung pangan alternatif dan EBT berbasis sorgum, pemberdayaan UMKM, serta peningkatan kapasitas produksi dan pemasaran produk. Selain itu, nota kesepahaman ini juga akan mencakup penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan alternatif dan energi baru terbarukan bagi pelaku usaha dan masyarakat luas.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor Universitas Pasundan, Azhar Affandi menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor ini dalam menciptakan solusi berkelanjutan. "Universitas Pasundan berkomitmen untuk mendukung penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan sorgum, baik sebagai pangan maupun sebagai sumber energi terbarukan. Kami akan berperan aktif dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang ini," ujarnya.
Selain itu, PT Dirgantara Indonesia yang telah lama bergerak dalam industri kedirgantaraan nasional, akan memanfaatkan keahliannya dalam rancang bangun dan produksi untuk mendukung pengembangan produk berbasis sorgum yang inovatif dan ramah lingkungan. Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Gita Amperiawan menyatakan bahwa pihaknya siap berkolaborasi dalam mendukung program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang sejalan dengan visi keberlanjutan perusahaan.
Tidak hanya itu, Paguyuban Pasundan, organisasi kemasyarakatan yang telah berdiri sejak 1913, juga akan memainkan peran penting dalam mempromosikan sorgum sebagai bagian dari budaya pangan masyarakat Sunda. "Kami berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam pelestarian budaya pangan lokal, sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional melalui program-program yang kami sinergikan dengan para pihak lainnya," ungkap Didi Turmudzi selaku Ketua Umum Paguyuban Pasundan.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi berharap, dengan kesepahaman yang dibangun tersebut dapat mengoptimalkan pemanfaatan sorgum dalam aspek pangan, pakan, maupun pemanfatan lainnya.
"Ini menjadi upaya dan langkah nyata Badan Pangan Nasional bersama stakeholder dalam meningkatkan produksi dan hilirisasi tanaman sorgum dan mengembangkan tanaman pengganti gandum untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Dan dengan teknologi dan inovasi kita berharap pemanfaatannya untuk ketahanan pangan secara berkelanjutan, bahkan juga pada aspek non pangan,” ujar Arief.