Deputi II Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi, Nyoto Suwignyo mengatakan, Analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan informasi sebagai isyarat dini situasi pangan dan gizi dan bahan rekomendasi dalam penyusunan kebijakan ketahanan pangan dan gizi secara bulanan.
“Kewaspadaan dini terhadap kemungkinan rawan pangan sangat diperlukan untuk mengantisipasi kerawanan pangan, sehingga penguatan implementasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) menjadi sangat relevan. Analisis SKPG sangat diperlukan terutama oleh daerah untuk menghasilkan isyarat dini terjadinya masalah rawan pangan dan gizi di daerah masing-masing.” Ujar Nyoto dalam pertemuan persiapan kerja sama dengan World Food Programme (WFP) di Depok, Kamis (15/09/2022).
WFP Indonesia yang di wakili oleh M. Warizmi Wafiq mengatakan sejak tahun 2018, WFP bekerjasama dengan BMKG, Kementerian Sosial, dan Bappenas dalam melakukan analisis iklim dan cuaca di Indonesia dikaitkan dengan kondisi pangan melalui aplikasi PRISM.
PRISM mengintegrasikan data geospasial mengenai kekeringan dan banjir serta informasi tentang kerentanan sosial ekonomi untuk menginformasikan program pengurangan risiko bencana dan perlindungan sosial. Dengan menggunakan metode remote sensing (pengindraan jauh) dalam pengumpulan data sehingga dapat menjangkau data secara real time. Hasil analisis data PRISM berupa peta dan grafik interaktif yang menggambarkan indikator bahaya banjir dan kekeringan yang akan berguna dalam peningkatan kapasitas dalam mengembangkan sistem pemantauan SKPG.
NFA berharap kerjasama dengan WFP ini bisa bersinergi dan saling berintegrasi secara sistem demi mewujudkan peningkatan kualitas analisis SKPG.