AMBON – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus memperkuat upaya pencegahan susut dan sisa pangan (SSP) dalam penyediaan makanan bergizi gratis. Salah satu langkah nyata adalah mendukung optimalisasi peran Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), yang menjadi jantung pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
SPPG berperan penting dalam memasak dan mendistribusikan makanan bergizi bagi kelompok rentan, seperti ibu hamil, menyusui, balita, dan peserta didik. Dalam prosesnya, SPPG memastikan pemenuhan gizi melalui standar operasional yang ketat dan penggunaan bahan pangan yang efisien.
Upaya ini sejalan dengan visi NFA untuk memperkuat ketahanan pangan nasional melalui efisiensi produksi dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan.
Dukungan ini ditegaskan oleh Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis, saat mengunjungi SPPG Waiheru, Kota Ambon, Jumat (19/9/2025). Menurut Nita, upaya pencegahan sisa pangan harus menjadi bagian integral dari pelaksanaan MBG dan membutuhkan kerja sama lintas sektor berbasis pendekatan pentahelix.
“Data sisa pangan dari program MBG bisa menjadi bahan evaluasi menu harian, agar lebih sesuai dengan selera siswa sekaligus mengoptimalkan asupan gizi. Selain itu, perlu dioptimalkan pemanfaatan sisa dalam kerangka ekonomi sirkular sehingga mengurangi sampah sehingga kita turut berperan aktif menjaga bumi” jelas Nita.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Maluku, Faradilla Attamimi, menyatakan bahwa pihaknya rencananya akan melakukan pengukuran baseline sebelum dan sesudah pemberian makanan oleh SPPG. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dampak intervensi. Menurut angka PoU (Prevalence of Undernourishment), Provinsi Maluku menempati posisi tertinggi ke 2 se-Indonesia sebesar 31,66%
“Kami juga akan terus berkolaborasi dengan seluruh SPPG di Provisi Maluku agar pendampingan dan pemantauan kegiatan MBG yang berkaitan dengan sektor pangan bisa dilakukan secara berkesinambungan,” ujar Dilla.
Kepala SPPG Waiheru, Hapisa Hupea, mengungkapkan bahwa berkaitan dengan pencegahan sisa pangan sejak mulai beroperasi pada Januari 2025, pihaknya telah menerapkan sistem pemilahan dan penimbangan sisa makanan yang ada di ompreng secara rutin. Hal ini dilakukan untuk terus memberikan jenis menu yang disukai oleh para siswa. Secara umum, untuk sumber karbohidrat dan protein dihabiskan oleh para siswa. Namun untuk sayur, masih terdapat tantangan, rata-rata sekitar 15 kg sayur bersisa tidak habis dimakan siswa dan terbuang setiap harinya.
Melalui kolaborasi lintas sektor dan inovasi dalam pengelolaan pangan, NFA berharap praktik pengurangan SSP dapat menjadi bagian dari transformasi menuju sistem pangan Indonesia yang lebih tangguh, efisien, dan berkelanjutan.
#SetahunBerdampak







