Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) I Gusti Ketut Astawa hadir secara daring dalam interview CNN Indonesia Newsroom dengan tema “Harga Telur Melejit, Rakyat Menjerit”, Senin (29/8). Turut hadir sebagai narasumber Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam.
Dalam kesempatan tersebut Ketut menyampaikan beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga, diantaranya kenaikan harga pokok produksi di tingkat peternak, naiknya permintaan, serta jumlah produksi yang normal tidak sebanding dengan tingginya permintaan. Menurutnya, NFA menyiapkan sejumlah langkah dan strategi untuk menstabilkan kembali harga telur, salah satunya merangkul para peternak agar dapat mengikuti harga acuan, yaitu Rp22.000 s.d Rp24.000 di tingkat produsen dan Rp27.000 di tingkat konsumen. Selain itu, langkah lainnya adalah melakukan pendistribusian jagung sebagai komoditas pakan dari daerah surplus ke defisit untuk menstabilkan harga pakan, serta operasi pasar melalui kolaborasi dengan instansi, asosiasi peternak, dan stakeholder lainnya.
“Upaya stabilisasi ini tidak bisa dilakukan NFA sendiri semua pihak harus berkolaborasi dan memantau agar harga kesetimbangan baru telur Rp27.000 di tingkat konsumen tercapai,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan, sejalan dengan apa yang disampaikan Presiden RI bahwa harga telur akan turun dalam 2 pekan, pihaknya optimis hal tersebut bisa diwujudkan, mengingat berdasarkan data neraca pangan NFA ketersediaan telur dalam negeri surplus.
.
#BadanPanganNasional #NFA #NationalFoodAgency #Pangan #PanganKuatIndonesiaBerdaulat #PanganLokal #KolaborasiPangan #MakanEnak #MakanSehat #MakanB2SA #ketersediaanPangan #StabilitasPangan #Telur #unggas