Sukabumi – Dalam rangka mendukung upaya peningkatan gizi masyarakat, Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (NFA) melakukan kunjungan kerja ke lokasi Uji Coba Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola oleh Institut Food Security Research (IFSR). Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan penyelenggaraan makanan bergizi yang berkualitas, serta meninjau proses dari pengolahan hingga distribusi makanan tersebut.
Di lokasi ini, proses pengolahan makanan dilakukan secara terencana dan sistematis. Setiap harinya, UPT MBG memproduksi paket makan siang sebanyak 3.313 porsi yang diperuntukkan bagi 20 sekolah, termasuk siswa SD, SMP, SMA, dan Pondok Pesantren di sekitar wilayah tersebut. Keberadaan program ini tidak hanya memberikan dukungan nutrisi yang diperlukan, tetapi juga menjadi contoh nyata sinergi antara pemerintah dan masyarakat.
Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi NFA, Nyoto Suwignyo memastikan pihaknya telah mempersiapkan jejaring penyuplai dan distribusi dalam ekosistem pangan yang dapat diintegrasikan guna menunjang pelaksanaan program MBG, sehingga memenuhi ekspektasi yang ditetapkan. Ia pun ingin memitigasi kemungkinan terjadinya situasi fluktuasi pangan dengan terus memastikan ketercukupan dan ketersediaan pasokan pangan pokok strategis bagi masyarakat secara umum.
“Kita sudah berada di Warungkiara sukabumi, kita mau lihat gimana persiapan terkait penyelenggaraan makanan bergizi, dari bahan baku sampai komposisi. Menurut saya penting untuk mempersiapkan perencanaan menu untuk meminimalisir kekurangan pasokan bahan pangan di waktu tertentu,” ungkap nyoto
Lebih lanjut, Nyoto menyoroti pentingnya jaminan keamanan pangan dalam penentu keberhasilan program MBG. "Yang paling utama adalah jaminan keamanan pangannya. Kita harus memastikan bahwa setiap makanan yang disajikan tidak hanya bergizi, tetapi juga aman untuk dikonsumsi," ujarnya.
Pasokan bahan baku yang digunakan dalam program ini berasal dari petani lokal dan mitra di sekitar unit pelayanan. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar, program ini tidak hanya berfokus pada kesehatan anak-anak, tetapi juga berkontribusi pada perekonomian lokal. Dari beras, telur, daging ayam, sayuran, hingga buah, setiap elemen dalam paket makan siang ini diambil dari tangan para petani yang turut mendukung keberlanjutan program ini.
“Tadi saya sudah tanya-tanya ternyata kehadiran MBG ini membuat ekosistem pangan kita mulai bergerak positif. Ini bahan bahan dan sumber daya yang ada di sekitar sudah dimanfaatkan, program ini tentu sangat berkontribusi pada perekonomian lokal, bagus ini,’’ungkap Nyoto.
Kegiatan MBG juga dilengkapi dengan pengukuran baseline dan endline, mirip dengan kegiatan GENIUS, yang meliputi pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) siswa, serta pendataan alergi makanan. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program terhadap kesehatan siswa, sekaligus memastikan bahwa menu yang disajikan sesuai dengan kebutuhan nutrisi mereka. Tak hanya itu, pencatatan sisa pangan yang tidak habis dikonsumsi juga dilakukan secara rutin, dengan laporan yang disusun setiap dua bulan sekali, memastikan akuntabilitas dan transparansi dalam program ini.
Distribusi paket makan siang dilakukan menggunakan armada mobil box milik desa, yang membantu memastikan bahwa setiap siswa menerima makanan bergizi tepat waktu. Dengan sistem yang terintegrasi ini, diharapkan program Makan Bergizi Gratis dapat terus berlanjut, memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi kesehatan anak-anak di Kecamatan Warungkiara dan sekitarnya.