PERU - Indonesia berkomitmen dalam upaya mengurangi Food Loss and Waste (FLW) melalui Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) yang diinisiasi Badan Pangan Nasional/ National Food Agency (NFA) berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait.
Hal tersebut disampaikan Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi NFA Nita Yulianis dalam workshop "Collaboration of Stakeholders Panel" yang digelar sebagai rangkaian dari 9th APEC Food Security Ministerial Meeting (FSMM) 2024 di Trujillo, Peru (12/8/2024).
"Indonesia telah berkomitmen dalam lingkup global dan regional ASEAN untuk mencegah dan mengurangi FLW. Untuk itu, salah satu langkah konkretnya adalah, melalui Badan Pangan Nasional menginisiasi penyelamatan pangan (food rescue) sebagai bagian dari prinsip pencegahan dan pengurangan FLW pada APEC Policy Partnership on Food Security (PPFS) ke-21 lalu dan telah mendapatkan dukungan dari seluruh ekonomi APEC," ungkap Nita.
Model kolaborasi pentahelix ABCGM terbukti cukup efektif dalam mencegah dan mengurangi FLW. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, Indonesia terus berupaya membangun sistem penyelamatan pangan yang komprehensif dan berkelanjutan.
"Inisiasi tersebut dilakukan dengan kolaborasi pentahelix yang dikenal dengan istilah ABCGM yakni Academics, Business, Community, Government, Media. Kelima unsur ini memegang peran penting dalam upaya membangun kesadaran dan gerakan bersama untuk penyelamatan pangan," tambahnya.
Dalam workshop tersebut, Nita lebih lanjut menjelaskan bahwa penanganan FLW telah menerapkan pendekatan piramida penyelamatan pangan dengan prioritas utama pada pencegahan dan pengurangan. Setelah itu, upaya redistribusi makanan dilakukan dengan mendonasikan makanan surplus kepada bank pangan atau organisasi penyelamatan pangan untuk didistribusikan kepada para penerima manfaat setelah dipastikan memenuhi keamanan pangan, termasuk standar halal untuk masyarakat muslim.
"Indonesia telah memulai upaya penyelamatan sejak tahun 2022 di tingkat pusat (uji coba Jabodetabek), dilanjutkan di 12 provinsi (2023), dan pada tahun 2024 bertambah menjadi 15 provinsi," ujar Nita.
Adapun komponen GSP terdiri atas perumusan kebijakan, sosialisasi dan edukasi, aksi penyelamatan pangan, lokakarya dan pelatihan, pengumpulan data, serta pengembangan platform.
Untuk mengintensifkan GSP, telah ditandatangani perjanjian kerja sama antara NFA dengan beragam mitra strategis serta komitmen politis dari pemimpin daerah di tujuh provinsi dan tujuh kabupaten dengan diterbitkannya surat edaran ataupun instruksi kepala daerah dalam rangka meningkatkan GSP di wilayahnya. Selama dua tahun terakhir, NFA juga mengapresiasi seluruh stakeholders yang berperan dalam pencegahan dan penurunan FLW melalui peringatan The International Day of Awereness of Food Loss and Waste (IDAFLW).
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam momentum peringatan IDAFLW 2023 pada Jumat (29/9/2023) di Jakarta menegaskan penanganan FLW sudah menjadi isu yang sangat urgen mengingat dampaknya terhadap aspek ketahanan pangan, lingkungan, dan juga ekonomi.
Hasil kajian Bappenas mencatat, Food Loss and Waste di Indonesia pada tahun 2000-2019 berkisar 23-48 juta ton/tahun, setara dengan 115–184 kg/kapita/tahun. Estimasi kerugian ekonominya mencapai sebesar Rp 213-551 Triliun per tahun. Besaran FLW tersebut juga dapat memberi makan 61-125 juta orang atau 29-47% populasi Indonesia
Chief Economist FAO Maximo Torero dalam workshop tersebut mengatakan bahwa FLW juga masih menjadi tantangan global yang perlu diselesaikan bersama. Ia menyebut sekitar 13,2 persen dari total produksi pangan global mengalami penyusutan (food loss) setelah pemanenan, selama transportasi, penyimpanan, dan pengolahan. Dan masih terdapat 19 persen sisa pangan (food waste) di tingkat retail, jasa pangan, dan rumah tangga.