Upaya peningkatan diversifikasi pangan melalui pangan pokok alternatif selain beras dan terigu kini semakin berkembang. Dalam tiga tahun terakhir, setidaknya ada sekitar 30 kabupaten/kota di lebih dari 15 provinsi di Indonesia yang mendapatkan bantuan dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) untuk mengembangkan pangan pokok lokal berbasis komoditas daerah khususnya singkong, jagung dan sagu. Melalui kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), pada tahun ini juga akan dikembangkan pangan lokal di 26 kabupaten/kota yang baru di 16 provinsi. “Patut kita syukuri, ditinjau dari segi agroekologi Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan pangan pokok selain beras dimana terdapat kurang lebih 77 jenis spesies tanaman sumber karbohidrat di negeri ini. Akan tetapi kebanyakan pangan sumber karbohidrat tersebut selama ini makin tersisih karena dianggap sebagai pangan inferior” demikian yang disampaikan oleh Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi Pangan dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Bidang Penganekaragaman Pangan pada acara Workshop Pengembangan Pangan Lokal. Acara yang dilaksanakan di Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) Magelang, Jawa Tengah ini merupakan forum pertemuan bagi aparat daerah, baik kabupaten/kota maupun provinsi, yang tahun ini melaksanakan kegiatan MP3L.
Kegiatan MP3L merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh BKP Kementerian Pertanian untuk mendorong penyediaan bahan pangan lokal selain beras dan terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan pokok yang beragam, bergizi seimbang dan aman melalui beberapa kegiatan seperti: bantuan penyediaan alat dan mesin pengolahan pangan lokal, fasilitasi dan pendampingan untuk mengembangkan bisnis yang berbasis pangan lokal, serta kajian terhadap pangan pokok lokal yang dihasilkan.
Melalui kegiatan workshop yang dilaksanakan pada tanggal 8-10 April 2015 ini diharapkan aparat daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan MP3L dapat berdiskusi dan mendapat masukan tentang konsep dan berbagai hal teknis dalam mengembangkan pangan pokok lokal di daerahnya. Acara yang dibuka secara resmi oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah ini juga menghadirkan beberapa pembicara antara lain Prof. Achmad Subagio yang merupakan pakar teknologi pangan dari Universitas Jember serta Agus Triputranto dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dalam paparannya, Prof. Achmad Subagio menekankan pentingnya aspek bisnis dan manajerial yang baik agar UKM/UMKM yang telah mendapatkan bantuan kegiatan MP3L dapat terus berkembang hingga ke skala industri sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar. “Selama ini pemerintah telah mencurahkan banyak sumberdaya untuk peningkatan produksi beras, sedangkan untuk pangan sumber karbohidrat selain beras dukungannya masih kecil. Padahal bisnis pangan lokal ini adalah bisnis yang prospektif” lanjut Subagio. Sedangkan untuk pengembangan teknologi pengolahan berupa alat dan mesin, Agus Triputranto memaparkan hal-hal teknis dan pengalamannya ketika mendampingi UKM di berbagai daerah dalam memproduksi pangan pokok lokal seperti beras analog, mie, dan bentuk lainnya. Setelah mengikuti acara workshop ini, diharapkan para aparat dapat pulang ke daerahnya dengan membawa bekal yang bermanfaat bagi pelaksanaan kegiatan MP3L khususnya serta pengembangan pangan lokal pada umumnya, sehingga mendukung upaya peningkatan diversifikasi pangan di masyarakat.