Wujudkan Swasembada Protein, Badan Pangan Nasional Dorong Optimalisasi Sumber Daya Lokal

Dalam upaya mewujudkan kemandirian pangan nasional yang kokoh dan berkelanjutan, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus memperkuat agenda swasembada protein sebagai salah satu pilar utama. Swasembada pangan tidak hanya berbicara tentang kecukupan pasokan, tetapi juga kemampuan bangsa untuk memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri dari sumber daya dalam negeri. Komitmen tersebut ditegaskan oleh Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal, saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional bertajuk "Pembenahan Program Swasembada Pangan" yang diselenggarakan oleh Forum Integrator Horizontal Industri Pangan Bangsa di Jakarta, Kamis (10/7/25).


Dalam paparannya, Rinna menekankan bahwa tantangan utama dalam ketahanan pangan saat ini tidak hanya terletak pada ketersediaan pangan, namun juga kualitas konsumsi, khususnya dalam pemenuhan asupan protein hewani dan nabati yang seimbang dan berkelanjutan.


“Kita menghadapi kenyataan bahwa konsumsi protein masyarakat Indonesia masih belum ideal. Padahal, protein merupakan komponen penting untuk mencegah stunting, meningkatkan produktivitas sumber daya manusia, dan menjaga stabilitas sosial-ekonomi, khususnya di pedesaan,” ujar Rinna.


Data NFA tahun 2024 menunjukkan bahwa konsumsi protein nasional masih didominasi oleh sumber padi-padian sebesar 42,8%, sementara pangan hewani berkontribusi 36,5% dan kacang-kacangan 10,8%. Idealnya, konsumsi protein harian mencakup 35 gram protein nabati dan 22 gram protein hewani per kapita. Namun realisasi konsumsi protein nasional belum sepenuhnya mencapai target RPJMN sebesar 62,5 gram per kapita per hari.


Melalui kebijakan Swasembada Protein Berbasis Potensi Lokal, NFA mengupayakan peningkatan produksi domestik, diversifikasi sumber protein lokal, dan penguatan rantai pasok serta sistem logistik dingin (cold chain) berbasis wilayah. Selain itu, pendekatan berbasis kearifan lokal menjadi salah satu strategi utama, dengan mengembangkan sumber protein seperti ikan air tawar, unggas, tahu, tempe, hingga pangan berbasis serangga yang bernilai gizi tinggi dan ramah lingkungan.


Dalam kerangka besar menuju swasembada pangan, NFA mengedepankan pendekatan yang bersifat holistik dan terintegrasi. Strategi pertama dilakukan melalui ekstensifikasi, yakni dengan membuka dan mengembangkan kawasan-kawasan produksi pangan baru, termasuk lumbung pangan nasional, daerah, dan desa yang berbasis pada potensi sumber daya lokal. Strategi ini ditujukan untuk memperluas cakupan produksi dan mengurangi ketergantungan terhadap wilayah sentra yang selama ini menjadi tumpuan produksi pangan nasional.


Selanjutnya, intensifikasi menjadi upaya kunci dalam meningkatkan produktivitas lahan dan komoditas yang sudah ada. NFA mendorong adopsi teknologi pertanian dan peternakan, modernisasi alat dan mesin, penguatan akses terhadap benih unggul, pakan lokal, serta pengendalian penyakit ternak. Selain memperbaiki sisi hulu, intensifikasi juga menyasar penguatan sistem distribusi dan logistik agar pangan dapat menjangkau seluruh wilayah secara merata.


Strategi ketiga yang tidak kalah penting adalah diversifikasi, terutama dalam konsumsi pangan. Penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal menjadi fokus utama, tidak hanya untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat tetapi juga untuk membangun ketahanan dari sisi budaya dan ekonomi. Melalui program nasional seperti Gerakan Konsumsi Protein Nasional dan implementasi Perpres 81/2024, NFA terus memperkuat pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA), dengan mengarusutamakan pangan lokal seperti ikan, telur, kedelai, hingga pangan alternatif berbasis serangga yang bernilai protein tinggi.


“Upaya swasembada protein tidak bisa dilakukan dengan pendekatan sektoral semata. Butuh kolaborasi antar kementerian, dunia usaha, dan masyarakat. Kami mendorong model kemitraan inovatif, serta mendukung investasi dan insentif bagi peternak, pembudidaya ikan, dan pelaku UMKM pangan lokal,” jelas Rinna.


NFA juga menyoroti pentingnya penguatan infrastruktur penyimpanan seperti cold storage, reefer container, dan air blast freezer, yang telah dibangun di berbagai provinsi selama tiga tahun terakhir guna memperpanjang masa simpan protein hewani dan menjaga kualitas produk pangan.


Dalam konteks RPJMN 2025–2029, NFA memegang peran strategis dalam meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH), menekan ketergantungan impor, serta memperkuat ekosistem pangan lokal yang berkelanjutan. Berdasarkan Perpres 81/2024, percepatan penganekaragaman pangan menjadi pilar penting dalam mendukung agenda swasembada.



“Penganekaragaman pangan bukan sekadar pilihan, tapi keharusan. Ketika kita mengoptimalkan sumber protein dari potensi lokal, kita tidak hanya memperkuat ketahanan pangan nasional, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” tutup Rinna.

BADAN PANGAN NASIONAL  
Sejak 25/01/2023
Kantor
Jalan Harsono RM No.3, Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12550
(021) 7807377
komunikasi@badanpangan.go.id
Media Sosial
Tautan Terkait
Kementerian Pertanian
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Perdagangan
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Badan Pusat Statistik
Badan Informasi Geospasial
Perum BULOG
ID FOOD
Copyright © 2025 Badan Pangan Nasional. All Rights Reserved.